Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

LAZISMu Banjarnegara Dukung Inisiasi Komunitas “SAMOSIR”. Solusi Kreatif Desa Balun Mengorganisir Sampah

Banjarnegara – Sampah masih menjadi permasalahan besar di masyarakat, tetapi beberapa komunitas menunjukkan inovasi yang luar biasa untuk mengatasinya. Salah satu contoh inspiratif datang dari Desa Balun, Kabupaten Banjarnegara dengan inovasi pengelolaan sampah melalui Komunitas Samosir (Sampah Terorganisir).

Topik ini dibahas dalam acara Dialog Purwokerto Pagi yang berlangsung pada Selasa (3/12/2024) melalui kanal RRI Purwokerto.

Dialog ini mengangkat tema “Inovasi Pengolahan Sampah Kampung Samosir” dengan menghadirkan narasumber Sri Wahyuni, SE (Camat Wanayasa), Khoirul Anwar (Manajer Lazismu Banjarnegara), dan Slamet Riyadi (Penasehat Umum Komunitas Samosir).

Sri Wahyuni, Camat Wanayasa, membuka diskusi dengan mengapresiasi semangat para pegiat Komunitas Samosir, khususnya Slamet Riyadi, sosok yang terus mendorong kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap sampah.

Ia menyebutkan bahwa Desa Balun berhasil menjadi contoh di wilayah Banjarnegara dalam mengelola sampah secara bijak meskipun masih menghadapi kendala, terutama kurangnya tempat pembuangan sampah terpadu (TPST).

“Sosialisasi ke sekolah-sekolah menjadi salah satu cara kami untuk membangun kesadaran sejak dini. Terima kasih juga kepada Lazismu yang telah memfasilitasi program ini,” ujar Sri Wahyuni.

Khoirul Anwar, Manajer Lazismu Banjarnegara, menjelaskan bahwa lembaga ini tidak hanya berfokus pada penggalangan zakat, infak, dan sedekah, tetapi juga mendukung program yang berdampak pada masyarakat luas, termasuk dalam bidang lingkungan.

“Salah satu program kami adalah Pilar Lingkungan. Tahun lalu, kami mengangkat isu perubahan iklim sebagai fokus utama. Meski skalanya kecil, kami berharap kontribusi ini berdampak besar,” ungkap Anwar.

Dalam praktiknya, Komunitas Samosir mengelola dua jenis sampah, yaitu organik dan non-organik. Sampah organik diolah menjadi pupuk, sementara sampah non-organik diubah menjadi produk bernilai, seperti paving block dan asbak.

Slamet Riyadi menceritakan bahwa ide pembentukan Komunitas Samosir muncul dari keprihatinannya atas masalah penumpukan sampah di Desa Balun.

Berawal dari sosialisasi ke rumah-rumah warga, mereka memberikan dua plastik besar untuk memisahkan sampah organik dan non-organik.

“Nama Samosir ini kami ambil dari pulau kecil di Toba agar mudah diingat. Namun, sebenarnya ini adalah akronim dari ‘Sampah Terorganisir,” jelas Slamet.

Sri Wahyuni berharap Desa Balun dapat menjadi percontohan bagi desa lain dalam upaya pengelolaan sampah. Ia juga menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat untuk menciptakan tempat edukasi yang mengubah sampah dari masalah menjadi sumber yang manfaat.

Khoirul Anwar menambahkan bahwa pengelolaan sampah merupakan langkah kecil yang berdampak besar dalam mengatasi isu global seperti perubahan iklim.

“Kesadaran masyarakat adalah kunci. Tidak semua orang mau langsung bersentuhan dengan sampah, tetapi jika kita semua mendukung, dampaknya akan terasa,” tegasnya.

Slamet Riyadi menutup diskusi dengan menyampaikan bahwa Samosir adalah komunitas kecil dengan mimpi besar untuk peduli terhadap lingkungan.

“Mimpi besar ini tidak akan terwujud tanpa dukungan moral dan material dari berbagai pihak. Kami berharap, ke depan, Samosir bisa menjadi tempat edukasi pengolahan sampah, bukan sekadar pusat daur ulang,” katanya.

Priyo, host acara, menyimpulkan bahwa pengelolaan sampah adalah tanggung jawab semua pihak, mulai dari rumah tangga hingga pemerintah. Dengan memilah sampah organik dan non-organik sejak awal, masyarakat dapat memberikan kontribusi nyata.

“Inovasi dari Desa Balun ini semoga menjadi inspirasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sampah, jika diolah dengan baik, memiliki nilai ekonomis yang tinggi,” tutup Priyo.

Dengan semangat seperti yang ditunjukkan oleh Komunitas Samosir, pengelolaan sampah bukan lagi masalah, melainkan peluang untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Kontributor: Widodo

Editor: Dhimas

Share the Post:
Related Posts