Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

Urgensi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bagi Siswa Madrasah di Era Globalisasi

Era globalisasi merupakan keniscayaan yang tak bisa dibantah sebagai konsekuensi dari kemajuan zaman. Kehadiran era globalisasi tidak bisa kita tolak tetapi harus disikapi secara bijak. Untuk itu, globalisasi mesti direspon secara positif demi perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.

Globalisasi satu sisi membawa dampak positif yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, namun di sisi lain juga membawa dampak negatif yang merusak kehidupan manusia itu sendiri. Untuk itu, sebagai orang Islam, kita menyadari bahwa salah satu dampak negatif globalisasi di antaranya masuknya paham sekuler pada orang Islam. Sebagaimana kita lihat bahwa banyak sekali nilai-nilai, norma dan budaya Barat yang masuk ke dalam kehidupan masyarakat muslim di berbagai belahan dunia.

Masuknya nilai-nilai tersebut melalui beragam bentuk dengan kemasan yang menarik dan halus sehingga tidak terasa. Misalnya melalui budaya perayaan ulang tahun, Valentine Day, dan lain sebagainya atau dalam istilah yang populer yaitu 3F (food, fashion and film). Dengan demikian nilai-nilai Barat yang sebenarnya bertentangan dengan ajaran Islam terlihat kabur. Ada yang berkedok hiburan, seni, atau budaya supaya bisa diterima masyarakat.

Hebatnya lagi, acara tersebut diekspos dan dipublikasikan besar-besaran melalui layar kaca (tv), media sosial (medsos), media cetak dan jaringan internet yang dapat diakses dengan mudah oleh siapa saja. Oleh karenanya, banyak gambar-gambar atau video yang mempertontonkan aurat, erotisme dan sensualitas yang belum sepatutnya ditonton anak-anak di bawah umur berseliweran di internet yang dengan mudahnya bisa diakses melalui HP andoid.

Fenomena tersebut merupakan kenyataan yang ada di tengah-tengah masyarakat muslim. Sebagai konsekuensinya, anak-anak dan remaja muslim saat ini lebih mengenal tokoh-tokoh idolanya, seperti tokoh film, artis, penyanyi dan lain sebagainya daripada tokoh-tokoh Islam yang berakhlak mulia. Seperti bagaimana kepribadian Nabi Muhammad SAW, siapa sahabat Nabi yang setia berjuang membela agama Allah SWT dan masih banyak lainnya.

Wawasan berpikir generasi muda Islam lambat laun semakin sempit karena adanya serangan yang gencar dari dunia Barat yang berusaha mempropagandakan misi mereka untuk menjauhkan ummat dari agama Islam.

Salah satu contohnya ketika tahun baru masehi tiba, mereka tak sadar merayakan tahun baru tersebut dengan gegap gempita, hiburan yang meriah dan pesta pora. Hal seperti ini dianggap sebagai sesuatu yang lumrah. Oleh karenanya, fenomena tersebut juga merambah ke pelosok desa. Anehnya, saat tahun baru Islam, mereka tidak tahu. Atau kalaupun tahu, mereka kurang bersemangat menyambutnya, ini sungguh ironi dan memprihatinkan.

Untuk itu, agar anak-anak dan generasi muda Islam tidak terjerembab pada pandangan dan gaya hidup Barat yang nota bene bertentangan dengan ajaran Islam, maka perlu pembelajaran memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Pelajaran tersebut adalah Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di madrasah pada semua jenjang.

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI), Tsanawiyah (MTs) dan Aliyah (MA) yang mengajarkan tentang lahirnya Islam, perkembangan Islam, masa kejayaan dan kemunduran Islam dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga sekarang ini.

Melalui pembelajaran SKI, peserta didik diberi pemahaman tentang bagaimana perjuangan dan dakwah Rasulullah SAW, para sahabat hingga wali songo yang berhasil menyebarkan Islam di seantero nusantara.

Tujuan dari pembelajaran SKI di madrasah adalah;

Pertama, membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulallah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Kedua, membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan.

Ketiga, menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

Keempat, melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

Kelima, mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, IPTEK dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam (Permenag Nomor 2 Tahun 2008: 51-52).

Dengan kata lain, adanya mata pelajaran SKI di madrasah memberikan penguatan terhadap peserta didik untuk terus berjuang mendakwahkan Islam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian nilai-nilai, norma dan spirit yang diajarkan dalam mata pelajaran SKI tersebut, diharapkan akan terpatri dalam jiwa peserta didik, sehingga dapat menjadi benteng akhlak (moral) dan spiritual terhadap pengaruh negatif dari globalisasi.

Kontributor: Agus Priyadi, S.Pd.I. (Ketua Majlis Tabligh PRM Danaraja, Anggota MT PCM Merden, anggota KMM PDM Banjarnegara.)

Editor: Dhimas

Share the Post:
Related Posts