Banjarnegara (07/08) – Berangkat dari kegelisahan dan evaluasi Asatidz pengampu Tahfidz dengan temuan-temuan anak yang masih belum bisa menghafal karena belum bisa membaca tulisan Arab, sedangkan pelajaran hafalan dimulai dari kelas 1, maka SD Muhammadiyah 1 & 4 Banjarnegara meluncurkan modul yang menjadi jembatan bagi peserta didik yang belum bisa membaca tulisan arab agar tetap bisa mengikuti program hafalan
Menuju tahun ke-6 rintisan Program Unggulan Tahfidz SD Muhammadiyah 1 & 4 Banjarnegara melahirkan karya baru berupa modul pembelajaran khusus berisi desain program hafalan kelas reguler yang terjadwal pada mata pelajaran kelas 1-6.
SD Muhammadiyah 1 & 4 Banjarnegara merupakan dua di antara model sekolah di Kabupaten Banjarnegara yang menjadikan materi Al-Qur’an sebagai pedoman pengembangan sekolah dengan harapan peserta didiknya dapat mencerminkan Profil Pelajar Berkemajuan sebagaimana visi gerakan sekolah Muhammadiyah pada kurikulum Nasional.
Asatidz menyayangkan transliterasi dari Kementerian Agama yang tersebar di berbagai bentuk modul Juz ‘Amma atau Al-Qur’an pada umumnya kurang mendukung tradisi lisan dan vokal pengucapan anak usia sekolah dasar, bahkan hal tersebut berpotensi menimbulkan kesalahan ucap. Oleh karena itu modul ini disusun untuk mendukung tradisi lisan dan vokal pengucapan anak usia SD, sehingga diharapkan siswa SD MUH1B4 dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil dan tajwid sesuai pelafalan yang semestinya.
“Harapan kami, modul ini dapat dipergunakan sebagai unsur pendukung tanpa mengesampingkan keistimewaan kitab aslinya,” ungkap Sofia selaku editor Buku.
“Adapun saran yang mendukung pengembangan desain program ini kami harapkan agar dapat terus menerus disempurnakan,” pungkasnya.
Kontributor : Bagus Likurnianto
Editor : Dhimas