Ramadan merupakan bulan mulia yang memiliki banyak keutamaan. Di antara keutamaan bulan ramadan adalah dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka. Setan-setan dibelenggu. Di dalam Ramadan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan (HR. An Nasa`i). Pada kesempatan lain, Rasulallah SAW juga bersabda: “…Keutamaan bulan ramadan atas bulan lainnya seperti kemuliaan Allah SWT terhadap makhluk-Nya” (Bahreys: 190). Oleh karenaya, kehadiran ramadan patut disambut dan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.
Ramadan ibarat tamu agung yang kehadirannya sangat dinanti ummat Islam. Ramadan juga bulan yang membawa berkah bagi ummat Islam, maka, kehadirannya sangat dirindukan setiap saat. Sebagai tamu, ramadan juga mesti disambut dengan suka cita.
Menyambut ramadan tidak seperti halnya menyambut pejabat dengan gegap gempita iringan musik, pawai kendaraan, atau pesta kembang api. Meskipun kegiatan seremonial seperti itu diperbolehkan sejauh tidak berlebihan dan tidak melanggar syari`at.
Dalam menyambut kehadiran tamu agung Ramadan, tentu perlu dipersiapkan dengan seksama. Dalam konteks ini, ramadan seyogyanya disambut degan serangkaian kegiatan yang dapat menjadi spirit bagi ummat untuk beribadah dalam rangka mengisi bulan ramadan itu sendiri. Dalam kerangka itu, ummat Islam perlu “bersolek” dengan memperindah tampilan.
Jelang ramadan tiba, umumnya masyarakat berbenah dengan membersihkan masjid/mushala, mengecat tembok, memperbaiki sarana prasarana ibadah, mencuci sarung, mukena, sajadah, dan lain sebagainya. Tidak sekadar itu, di masyarakat juga dilakukan giat bersih lingkungan, memasang lampu hias, membuat spanduk bertuliskan “Selamat Datang Ramadan”, mempublikasikan banner agenda ramadan, dan lain sebagaInya. Di mana kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka menyambut datangnya bulan ramadan.
Lantas, bagaimana cara bersolek untuk menyambut ramadan? Bersolek menyambut tamu agung ramadan secara umum dilakukan pada dua aspek yaitu fisik (jasmani) dan mental -spiritual (rohani). Menjaga fisik/badan sangat penting dilakukan. Karena fisik/tubuh yang sehat akan menunjang kelancaran beribadah. Terlebih dalam bulan ramadan, di mana intensitas ibadah lebih tinggi dari bulan lain. Selain itu, waktu istarahat sedikit berkurang dari hari biasanya. Ditambah lagi konsumsi makanan selama ramadan juga relatif berkurang. Dengan kondisi seperti ini bila tidak dijaga dengan baik, dapat memicu melemahnya ketahanan tubuh yang pada akhirnya menyebabkan jatuh sakit.
Untuk itu, fisik perlu dijaga dengan pola makan yang baik. Cakupan nutrisi cukup sesuai kebutuhan tubuh. Senantiasa mengonsumsi makanan yang bergizi. Makanan yang halal dan toyyib. Hindari makanan yang berpotensi menimbulkan penyakit. Serta tidak makan berlebihan dan dilakukan tepat waktu.
Menjaga kesehatan fisik juga diperlukan istirahat yang cukup. Tentu saja istirahat yang paling baik adalah tidur, tidur yang baik bukan dihitung berdasarkan durasi jam, namun berdasarkan kualitasnya. Terkait dengan hal ini, Rasulallah mengajarkan kepada kita untuk tidur gasik (di awal waktu) dan bangun yang di waktu pagi, sehingga saat bangun tubuh terasa segar.
Hal lain yang tak boleh ditinggalkan adalah olah raga. Olahraga mempunyai andil penting dalam menjaga kebugaran tubuh. Olahraga yang baik adalah olahraga yang teratur dan sesuai dengan situasi dan konsisi tubuh. Berat dan ringannya olahraga juga disesuaikan dengan umur. Bagi usia muda boleh memilih olah raga berat seperti lari ataupun ketangkasan lain. Namun bagi usia lanjut (tua), disarankan olah raga ringan seperti jalan kaki, atau joging. Yang penting dilakukan secara rutin dan teratur.
Selain menjaga kesehatan fisik, juga menjaga kondisi mental-spiritual. Mental spiritual memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Mental yang tidak sehat akan berdampak pada kesehatan badan. Untuk itu, mental-spiritual tidak boleh diabaikan.
Menjaga mental-sipiritual dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti berpikir positif, selalu berprasangka baik kepada Allah dan kepada sesama manusia. Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan rajin beribadah. Baik beribadah mahdoh (vertical) maupun ghoiru mahdoh (horisontal). Beribadah mahdoh seperti sholat, puasa, membaca al quran, berdo`a, berdzikir, dan lain sebagainya.
Ibadah mahdoh merupakan media komunikasi dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT sehinga dapat menjadikan hati menjadi tentram. Melalui bacaan-bacaan, do`a-do`a dan dzikir yang dilantunkan, membawa suasana hati menjadi tenang, pikiran terang dan jiwa bersih dari dosa. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT: “(Yaitu) orang-orang yang beriman hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan menginta Allah hati menjadi tenteram” (Qs. Ar Ra`d: 28).
Adapun ibadah ghoiru mahdoh merupakan sarana interaksi dengan sesama manusia dan alam semesta. Sebagai makluk sosial, sudah pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh karenanya, dengan komunikasi dan interaksi tersebut akan terbangun suasana yang harmonis, damai dan sejahtera. Dengan demikian situasi tersebut akan membawa pada kehidupan yang sehat secara mental-spiritual.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dalam rangka menyambut tamu agung ramadan, kita perlu “bersolek” mempercantik fisik (jasmani) dan mental-spiritual (rohani) kita dengan melakukan kegiatan yang positif sehingga pada saatnya ramadan tiba, kita telah siap mengisinya dengan amaliyah yang benar sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Kontributor: Agus Priyadi, S.Pd.I.(Penulis merupakan Ketua Majlis Tabligh PRM Danaraja, Anggota MT PCM Merden, anggota KMM PDM Banjarnegara.
Editor: Dhimas