Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

Berpuasa Dengan Bahagia

Ramadan kali ini membuat saya semakin tersadar bahwa menjalani puasa tidak hanya urusan fisik semata, melainkan urusan jiwa yang didalamnya terdapat Iman. Sehingga puasa tidak hanya sekadar ritual menahan lapar dan dahaga dari azan subuh sampai azan maghrib, namun menjadi bulan di mana kita menjalani ibadah dengan ikhlas dan Bahagia.

Godaan seperti aroma bumbu mi ayam di siang bolong sampai dengan pemandangan es teh jumbo seakan menjadi pemandangan yang kerap kita temui di pinggiran jalan, tentu saja ujian tersebut termasuk ujian kecil yang tidak sebanding dengan ujian ribuan tenaga kesehatan di Palestina yang harus melalui sahur tanpa makanan.

Sungguh, bulan Ramadan di Indonesia merupakan masa di mana umat Islam harus berbahagia, karena di bulan inilah, pahala bertambah, keberkahan semakin melimpah dan aneka jajanan murah bisa ditemukan dengan mudah. Coba kita lihat pasar ramadan yang mulai membuka lapak sejak ba’da Ashar, wajah para penjaja takjil tampak berseri meski perut dalam keadaan kosong.

Lantas jika kita menjalani ibadah puasa dengan wajah yang muram, tentu perlu kita pertanyakan kepada diri sendiri, apakah kita hanya sekadar menahan lapar dan dahaga saja. Untuk menjawab pertanyaan ini, saya jadi teringat ketika saya dan Ustaz Agus Triawan berada di satu segmen Live Instagram KAREMA (Kajian Sore Ramadan) bertajuk “Semangat Berpuasa” di Klinik Utama PKU Muhammadiyah Merden.

Saat itu saya bertanya kepada beliau, “Ustaz Agus, bagaimana caranya agar kita bisa tetap bahagia meski sedang berpuasa?”

Lalu Ustaz Agus menjawab, “Pastinya kita harus bisa memaknai puasa itu sendiri, kita harus paham bahwa bulan puasa adalah bulan yang penuh berkah di mana kita bisa memanen pahala selama Ramadan,”

Jawaban singkat tersebut membuat saya merenung selama beberapa menit, hingga saya menemukan kunci, bahwa kebahagiaan adalah ketika kita bisa menemukan makna dari apa yang dilakukan, sehingga agar puasa kali ini bisa kita lewati dengan bahagia, maka kita perlu menemukan makna dalam puasa tersebut.

Ketika kita bisa memaknai puasa sebagai bulan yang penuh berkah dan pahala, kita tidak akan merasa berat untuk membaca dan mentadaburi Al-Qur’an, kita juga tidak merasa berat untuk bangun jam 3 pagi lalu berkumpul bersama keluarga untuk melangsungkan santap sahur, bahkan kita juga tidak akan merasa berat untuk menjalani salat tarawih setelah salat Isya’.

Oleh karena itu, jika dalam berpuasa kita masih belum bisa menemukan kebahagiaan, mungkin saja kita belum menemukan makna dalam berpuasa.

Akhir kata, sudahkah puasa kita menjadi bermakna?

Penulis : Dhimas Raditya Lustiono

Editor : Dhimas

Share the Post:
Related Posts