Kau mungkin sudah baca segudang buku, catatan, maupun lembaran.
Menyoroti kehebatan generasi terdahulu,
Itu yang membuatmu terpaku
Kau mungkin juga hafal di luar kepala
Bagaimana mereka mencapai puncak kejayaannya
Kau bahkan sudah menyalin detail skenario
Untuk kau gubah dan adaptasi dengan kondisimu
Kau bandingkan, kemudian kau takar
Bisakah kau menjelma seperti mereka
Beribu mil jarak yang ditempuh
membuat telapak kaki melepuh
Berdrum-drum keringat sudah ikut mengering
diterpa angin gurun bercampur debu dan kerikil
Bertahun-tahun mengembara
demi menuntaskan dahaga
Berbagai sudut luka menganga
sudah menjelma menjadi saksi di hadapanNya
“Ini belum seberapa” Kata mereka
Kini semuanya serba mudah
celupan tinta berganti dengan tarian jemari
Telapak kaki hanya bermain tuas tuk melesat laksana kilat
Malam pun tak lagi segelap mata terlelap
Berguru tak lagi berkejibaku dengan waktu
Semua tampak ada di hadapanmu
Namun mengapa kita seakan berat berbuat
Apalagi mengukir karya layaknya sang maestro
Mengapa niat tak kunjung membulat
menuang ilmu penuh hasrat
Mengapa hidup seakan hanya menunggu dan terbelenggu
Dibalut beban yang terbayang
Namun angan masih saja gagah melayang
Berharap indah keabadian datang menjelang
Mungkin kini dunia sudah menjelma menjadi dewa
Hingga hak Sang Kuasa berubah menjadi cemilan semata
Atau karena kita semakin terlena
karena derasnya guyuran karuniaNya
Entahlah…
Memang kita generasi yang aneh
Bermodal hati yang teramat mudah tertoleh
MARs, Banjarnegara 14 April 2025