Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

Menjadikan Ngabuburit Ladang Pahala

Istilah ngabuburit tidak asing di telinga kita. Lantaran istilah tersebut bukanlah istilah baru. Kemunculan istilah ngabuburit popular seiring dengan tibanya puasa ramadan. Secara umum ngabuburit dapat diartikan suatu kegiatan yang dilakukan jelang dan sambil menunggu buka puasa.

Saking trennya, ngabuburit dilakukan oleh anak-anak, remaja dan bahkan orang tua. Mereka berduyun-duyun pergi ke suatu tempat tertentu seperti pasar, pusat keramaian, taman, atau bahkan jalan-jalan besar.

Mereka dengan senang hati mengajak keluarga, adik, kakak, orang tua dan pasangannya dengan berkendara sepeda motor, ada yang menggunakan mobil, dan ada pula yang jalan kaki. Apa yang mereka lakukan saat ngabuburit? Umumnya mereka mencari takjil untuk buka puasa, atau hanya sekadar jalan-jalan melepas lelah sambil “cuci mata”.

Ngabuburit Fenomena Istimewa

Fenomena ngabuburit bukanlah fenomena biasa, akan tetapi fenomena yang istimewa. Mengapa demikian? Karena ngabuburit ada saat bulan puasa. Oleh karenanya, momen tersebut menjadi momen langka yang punya daya tarik. Bagi pelaku entertaimen, ngabuburit merupakan potensi bisnis yang memiliki daya jual melalui polesan-polesan tertentu sehingga mereka mengemas ngabuburit dalam, bentuk hiburan yang terkonsep dan lebih menawan untuk kemudian disiarkan di TV, radio atau yoututbe.

Ngabuburit pada awalnya marak terjadi di perkotaan. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut bergeser ke perdesaan. Bila warga perkotaan melakukan kegiatan ngabuburit di mall, taman bermain, dan tempat-tempat keramaian lainnya. Sedangkan di perdesaan umumnya ngabuburit dilakukan di pasar, persawahan, di pinggir umum ataupu spot-spot yang dipandang menarik. Mereka mencari takjil buka puasa, selfi-selfi, atau hanya sekedar kumpul-kumpul di pinggir jalan sembari sendau gurau.

Perspektif Islam Tentang Ngabuburit

Dalam tinjauan agama Islam, kegiatan semacam itu kurang memberikan nilai tambah berupa pahala/amal sholeh. Meskipun hal itu boleh (mubah) dilakukan selama tidak melanggar aturan syariat Islam. Hanya saja perlu ditinjau kembali apakah kegiatan semacam itu memberikan maslahat ata justru berpotensi membawa madharat. Apakah banyak sisi positifnya atau negatifnya. Hal-hal seperti itu perlu menjadi pertimbangan.

Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan bahwa bulan ramadan adalah bulan mulia. Barang siapa melakukan suatu kebaikan maka pahalanya dilipatgandakan dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Merujuk pada sabda Nabi Muhammad SAW ini, dapat dipahami bahwa Rasulullah mendorong kepada ummatnya untuk banyak melakukan amal ibadah selama bulan ramadan karena pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan beribadah pada bulan lain.

Di sisi lain, orang yang berpuasa juga dianjurkan untuk menjaga pandangan mata, alat indera, pikiran dan bahkan hatinya dari perbuatan dosa. Karena perbuatan ini dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan pahala puasa.

Untuk itu, bagi orang Islam, dianjurkan untuk senantisa mengisi bulan ramadan dengan melakukan ibadah sebanyak-banyaknya. Baik ibadah mahdoh maupun ibadah ghoiru mahdhoh.

Beberapa amalan yang dianjurkan diantaranya melaksanakan shalat tarawih, tadarus al Qur`an, berdzikir, mengadakan pengajian, kajian agama Islam, memperbanyak infak dan sedekah serta melakukan amal sholeh lainnya.

Dengan demikian, bila ngabuburit hanya sekedar kumpul-kumpul bersantai sambil menunggu buka puasa, adalah mubadzir. Karena tidak menambah pundi-pundi pahala baginya. Ngabuburit yang hanya sekedar melepas penat, dapat dikategorikan sebagai ngabuburit kontra produktif dengan semangat ramadan. Dimana ramadan mendorong ummat Islam untuk berlomba-lomba meraih pahala di sisi Allah SWT.

Sepintas kelihatannya ngabuburit tidak menggangu puasa. Namun bila ditelisik lebih dalam, banyak membawa madharat seperti mengganggu lalu lintas jalan apalagi bila dilakukan dengan motor berknalpot brong. Selain itu, juga membuka peluang maksiat melalui pandangan mata atau lainnya. Di mana memandang lawan jenis yang tidak senonoh apalagi dibarengi dengan syahwat dapat merusak keafdholan puasa.

Agar Ngabuburit Tidak Sia-Sia

Maka agar ngabuburit yang kita lakukan tidak sia-sia, termasuk terhadap kualitas puasa kita, perlu selektif. Mana kegiatan yang positif dan mana kegiatan yang negatif. Mana yang membawa maslahat dan mana yang membawa madharat.

Menurut hemat penulis, ada beberapa alternatif kegiatan yang baik dalam rangka ngabuburit namun produktif terutama sekali dalam upaya meningkatkan kulitas ibadah puasa serta meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Beberapa diantaranya adalah mengadakan pengajian jelang buka puasa.

Pengajian jelang buka puasa dapat dilakukan di masjid, mushola atau majelis. Di dalamnya disajikan materi-materi yang dapat meningkatkan keilmuan terkait puasa, al Qur`an dan sunnah. Dari pada sekedar duduk-duduk di tempat yang tidak mendatangkan keberkahan lebih baik duduk di majlis ilmu. Bahwa mengikuti pengajian jelang buka puasa memberikan banyak keuntungan yakni keuntungan ngabuburit, ilmu dan pahala sekaligus.

Selain pengajian, tadarus al Qur`an dapat menjadi pilihan yang tepat. Bukankah bulan ramadan adalah bulan al Qur`an? Mengapa tidak memanfaatkan waktunya untuk membaca al Quran? Mengapa tidak menunggu buka puasa dengan tadarus al Qur`an. Jadi tadarus al Quran sambil menunggu buka puasa menjadi pilihan yang baik.

Bagi yang gemar membaca buka, membaca buku-buku agama Islam selama ramadan juga menjadi alternatif yang menarik. Apalagi bila yang bersangkutan seorang pendakwah tentu membaca buku agama memberikan manfaat yang banyak. Bagi orang umum, membaca buku agama meberikan wawasan dan keilmuan yang luas dan mendalam yang membantu dalam memberikan pemahaman terhadap masalah agama Islam.

Selain beberapa kegiatan yang penulis jelaskan di atas, masih banyak kegiatan produktif lain yang menarik untuk dilakukan sembari menunggu buka puasa sehingga ngabuburit yang dilakukan dapat menjadi ladang pahala. Dengan kata lain, jelang buka puasa, jangan menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat yang tidak mendukung spirit ramadan apalagi sampai kontra produktif. Akan tetapi isilah kegiatan ramadan dengan amal ibadah dan amal shaleh lainnya untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Kontributor: Agus Priyadi, S.Pd.I. (Ketua Majelis Tabligh PRM Danaraja, Anggota MT PCM Merden, anggota KMM PDM Banjarnegara.)

Editor: Dhimas

Share the Post:
Related Posts