Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

Kita Adalah Juara

Saya meyakini bahwa sebagian besar dari diri kita mendefinisikan juara sebagai peringkat terbaik yang dibuktikan dengan piala, sertifikat, ataupun medali. Para juara akan berdiri di podium untuk kemudian menerima medali, tak lama foto dari para juara tersebut akan muncul di halaman utama surat kabar. Namun, rupanya pengertian juara tidaklah sesederhana itu, meski harus kita sepakati bahwa untuk mendapatkan gelar juara dibutuhkan usaha di atas rata-rata kebanyakan orang.

Atlet Sepak Bola profesional misalnya, tentu saja selain menjalani latihan fisik yang tidak biasa, mereka harus menahan diri dari godaan makanan enak minim gizi seperti junk food. Atlet Sepak Bola yang baik juga dituntut untuk selalu disiplin dalam latihan, dan patuh kepada pelatih.

Disiplin, Tekun dan Sabar, mungkin 3 kata itulah yang menggambarkan kerja keras Atlet yang kemudian kita kenal nama seperti Chris John, Antony Ginting, Bambang Pamungkas dsb.

Namun, menjadi juara tidak harus berpiala atau bermedali, karena sejatinya diri kita adalah juara dari sekian banyak sel sperma yang berjuang menembus dinding rahim.

Pada momen pertandingan Badminton dalam rangka Milad Klinik Utama PKU Muhammadiyah Merden, saya disadarkan oleh sebuah pembelajaran hidup, bahwa ada sebagian orang yang menjadi Juara tanpa perlu pembuktian.

Kala itu saya bertanding ganda dan berpasangan dengan Pak Kisno, seorang karyawan yang belum pernah sekalipun mengikuti kegiatan badminton mingguan bersama dengan karyawan lainnya. Tentu saja karena tidak pernah ikut latihan, ada beberapa pukulan dan langkah yang missed, sehingga membuahkan poin untuk lawan. Endingnya saya dan Pak Kisno harus gugur di tahap awal pertandingan.

Setelah pertandingan usai, saya dan Pak Kisno memutuskan mengikuti karyawan yang lain untuk makan mi ayam di sebuah kedai. Di kedai tersebut saya duduk berhadapan satu meja dengan Pak Kisno. Sembari menunggu Mi Ayam datang, saya dan Pak Kisno terlibat obrolan ringan.

“Ikut latihan, Pak kalau pas lagi nggak jaga!”

“Kalau pas lagi nggak jaga, saya mending ngayak’i pasir, Mas. Biar rumah cepet jadi,” Jawab Pak Kisno.

Mendengar jawaban tersebut, saya berpikir bahwa Pak Kisno sedang bersiap untuk menjadi juara, setidaknya juara bagi keluarga kecilnya. Ketidak hadirannya pada agenda badminton mingguan menjadikan dirinya berfokus pada cita-citanya, yakni membangun hunian yang kelak akan menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi keluarganya.

Meski terkesan tidak apple to apple jika membandingkan perjuangan Pak Kisno dengan Atlet, saya pikir, antara Atlet dengan Pak Kisno memiliki kesamaan, yakni sama-sama memiliki target dan pengorbanan yang tidak kecil. Sebagian besar Atlet bahkan rela untuk tidak mengikuti gaya nongkrong anak muda karena harus berangkat latihan demi menunjang performa saat bertanding. Sedangkan Pak Kisno dan sebagian kepala keluarga yang lain, juga harus merelakan waktu senggangnya untuk bekerja lebih keras demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah, hingga kemudian mampu membangun rumah.

Boleh jadi, Ibu-Ibu yang bekerja adalah seorang juara yang jarang disorot, padahal mereka harus menyeimbangkan pikiran antara urusan pekerjaan dengan urusan di rumah tangga. Di sela pekerjaannya, para Ibu pekerja akan tetap berpikir “Mau masak apa hari ini?”

Tak hanya itu, anak muda yang lulus kuliah dalam jangka waktu lebih dari 4 tahun juga layak mendapatkan apresiasi, mungkin saat kuliah dia harus bekerja paruh waktu sehingga ada beberapa SKS yang tidak bisa diambil penuh, atau karena dia tidak ingin terjebak dalam godaan membeli skripsi sebagai jalan singkat untuk lulus cepat.

Di sisi lain ada pula anak muda yang terpaksa meninggalkan bangku kuliah karena terkendala biaya, sehingga dia memutuskan untuk bekerja dengan harapan agar kelak dia mampu menjadi sarjana tanpa merepotkan orang tua.

Kita adalah Juara, mungkin tidak untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain, melainkan kita menjadi juara untuk orang yang kita sayangi dan orang yang sangat berarti bagi hidup kita.

Apa guna ijazah tinggi, jika skripsi dan thesis masih pakai jasa Joki. Karena juara sejati tidak mengenal apa itu manipulasi. Juara sejati adalah mereka yang mau berkorban, bertindak secara jujur, dan tidak mudah menyerah untuk mencapai apa yang sudah menjadi targetnya.

Akhir kata, siapkah kita menjadi Juara?

Kontributor : Dhimas

Share the Post:
Related Posts