Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah Cabang Kalibening, Daerah Banjarnegara

Waktu Berkembangnya Muhammadiyah masa kepemimpinan Pusat Muhammadiyah K.H. Ibrahim periode 1923-1932, Muhammadiyah kala itu mengembangkan dakwahnya lewat Guru Agama Islam dan kader Muhammadiyah yang masuk struktural di Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Agama Islam yang dianut oleh warga dan masyarakat Kalibening sekitar pada umumnya adalah Islam kejawen atau Islam kurtular

Waktu itu, datang kader-kader muda Muhammadiyah yang terbina dan dibarengi masuknya tokoh masyarakat di desa Kalibening. Bersamaan masuknya kader Muhammadiyah yang bertugas di Kalibening berkewajiban memberi pencerahan dan pembaharuan keyakinan, sosok K.H. Abu Makarim yang berasal dari Banjar Kulon, beliau adalah Guru Islam dan kader Muhammadiyah. Beliau mengenalkan dan sekaligus membawa pergerakan Persyarikatan Muhammadiyah dan mengkader anak-anak muda dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Kalibening.

Mulanya K.H Abu Makarim memberikan pengajian dan mengenalkan ajaran-ajaran berorganisasi lewat persyarikatan Muhammadiyah, awal mulanya bertempat di Dusun Gunungsari dan dibantu oleh H. Umar dan Keluarga, yang sama-sama ingin memperbahuri umat lewat pergerakan persyarikatan Muhammadiyah. Dan terbentuklah susunan Pengurus Ranting Kalibening di Gunungsari Pertama yaitu tahun 1930 terdiri dari beberapa dusun dan desa di antaranya : Dukuh Kanoman Desa Sikumpul dipimpin oleh H. Mufti dan H. Umar. Dukuh Gunungsari Desa Gununglangit dipimpin oleh H. Umi, Ki Mangun, Artarejo dan Desa Kalibening di pimpin oleh: Ki Penatus, H. Usman, Suheni, Kursin.

Muhammadiyah di kala kepimpinan Pusat Muhammadiyah K.H. Ibrahim dari kelahiran Muhammadiyah telah mengambil momen-momen penting sehingga wujud kepedulian para pendahulu telah menentukan perjalanan pergerakan Muhammadiyah di Kalibening. Itulah rihlah atau perjalanan panjang Muhammadiyah di Kalibening. Suatu perjalanan sejarah yang bukan semata-mata sebagai panggilan keduniaan, tetapi lebih penting lagi wujud dari aktualisasi keagamaan dalam bentuk dakwah yang tak kenal lelah untuk mencerahkan dan menebar kemaslahatan sebagai manifestasi dari ikhtiar menghadirkan Islam dalam membawa obor risalah rahmatan lil-alamin di Muhammadiyah Cabang Kalibening dan sekitar kala itu.

Sekian waktu perjalanan Muhammadiyah kepengurusan Ranting Kalibening dengan tekad dan keyakinan bahwa persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai pergerakan penyempurna pembaharu dan sekaligus menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT, yang disuritauladankan oleh para Rasul Allah yang disyari’atkan sejak Nabi Nuh A.S. hingga Nabi Muhammad S.A.W. dengan landasan itulah perjalanan Muhammadiyah pada tahun 1930 sampai tahun 1945 kala itu mangkin dirasakan ajaran-ajaran pembaharu Islam di tiap-tiap Dusun dan Desa yang sudah terbina oleh kader-kader Muhammadiyah di Kalibening.

Semua masyarakat khususnya di Kalibening dan sekitar dengan kesemangatan yang diteladankan oleh kader-kader Muhammadiyah maka munculah generasi-generasi muda yang memperluas pergerakan persyarikatan Muhammadiyah di kalangan anak mudanya yakni Pandu HW (Hizbul Wathan), maka muncul generasi baru atau kader-kader muda Muhammadiyah di masing-masing dusun dan desa di antaranya : Dusun Gunungsari yakni: Makardi, Satareja Gamblok, Warto Utomo Badakarya. Dusun Kauman (Rawan) Desa Sikumpul yakni: Hadi Dargo (Carik Sidakangen), Suwito, Upas Asan, Masis, Sumejo. Dusun Kanoman Desa Sikumpul yakni: Mahudi (Bau Kanoman), Janawi (Kanoman) Maidi (Bau Kalisat), Sumejo, Muhklas, Iskak, Sutejo, Karsono. Desa Kalibening yakni: Amad Kasan, Suheni, Chalili, Suharso, Chamid, Nyi Sumasis, Nyi Hadi, Nyi Magiyah, Nyi Mulati, Salimi, Hamid, Mingun.

Pada masa awal kelahirannya, ketika era kebangkitan nasional tengah menyingsing, Muhammadiyah berjuang bersama kekuatan bangsa lainnya seperti Syarikat Islam dan Boedi Oetomo, demi kemerdekaan Indonesia. Selain itu Muhammadiyah di Kalibening juga ikut meletakkan landasan bagi kemajuan masyarakat dan bangsa pada umumnya dengan memelopori gerakan pendidikan, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan, dan amal kebajikan lainnya untuk kemajuan umat dan bangsa. Bahkan Muhammadiyah memelopori cara berpikir dan sikap hidup maju serta modern dengan tetap kokoh dalam iman dan kepribadian selaku muslim. Itulah Muhammadiyah Kalibening dan Islam yang bermartabat dan berkemajuan yang dipelopori Muhammadiyah untuk dikhidmatkan bagi umat.

Dengan gerakan yang nyata seperti itu Muhammadiyah Kalibening telah memberikan modal sosial yang sangat besar dan sekaligus membangun tonggak peradaban di kalangan masyarakat wilayah Kalibening yang beradab dan berkemajuan. Tanpa kualitas akhlak, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan yang baik mana mungkin sebuah bangsa dapat bebas dari dominasi kekuatan lain dan mampu mengisi kemerdekaan. Inilah saham terpenting Muhammadiyah dan untuk penghidmatan yang tinggi itu, Kiai Haji Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah, juga Nyai Hajjah Walidah Ahmad Dahlan, serta tokoh-tokoh Muhammadiyah penerusnya memperoleh anugerah sebagai pahlawan nasional, sebagai bukti penghargaan atas jasa dan amal shalihnya untuk bangsa dan negara. Islam untuk membangun peradaban modern yang berbasis iman dan akhlak mulia.

Muhammadiyah Kalibening pada tahun 1946 sampai tahun 1949 sebagai penelusuran pergerakan Ranting Muhammadiyah Kalibening pada masa pimpinan Pusat Muhammdiyah Ki Bagoes Hadikoesoemo (Periode 1942 – 1953) di tahun itu Muhammadiyah Kalibening bisa dikatakan kurang atau bahkan tidak ada aktivitas pergerakan dan syiar karena negara dan para pejuang-pejuang, sedang menghadapi perang melawan Kolonial Belanda yang dikenal 6 jam di Yogya sementara kegiatan-kegiatan yang menyangkut persyarikatan tertunda di Ranting Kalibening. Seusainya itu maka pada tahun 1949 diadakan pertemuan kembali dan mengumpulkan generasi-generasi muda dan didirikannya kepanduan HW (Hizbul Wathon) Pertama diawali tour ke Daerah lain Dengan Selogan Generasi Ijtihad Muhammadiyah diantaranya:
Siapa yang bisa membawa generasi penerus Muhammadiyah di Kalibening.

Kepanduan HW yang diwakili oleh Muklas berhubungan dengan Bajuri dari Karangkobar dan Taufikurohman berhubungan dengan Jahja, Ihsan masing-masing dari Ranting Losari Daerah Purbalingga
Kepanduan HW yang diwakili Sukarto berhubungan dengan Ihsan dari Ranting Punggelan
Setelah kepulangannya akhirnya pada tahun 1953 dengan kebulatan tekad menyusun kepanduan HW (Hizbul Wathon) Ranting Kalibening yang diprakasai oleh : Niti Suroso dari Gunungsari, Abdurrohim dari Kalisat, Wartoyo dari Kalibening.

Agenda pertama yang dilakukan adalah memperluas pergerakan Muhammadiyah menjalin kerjasama dengan pihak lain, sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi. Dan orang-orang Muhammadiyah harus memperluas jangkauan pergaulan, komunikasi. Tidak dapat hidup sendiri, apalagi serba tertutup. Sejauh memiliki kepribadian dan prinsip, maka tak ada halangan untuk bekerjasama dengan pihak mana pun. Sedangkan hal-hal yang dapat merugikan tentu dengan cermat dapat dihindari.

Pada tahun 1953 pelantikan Kepanduan HW (Hizbul Wathon) oleh Sdr. Ansori dari Kepanduan HW Banjarnegara, dipelopori dari tiga Ranting diantaranya : Ranting Karangkobar, Ranting Badakarya Punggelan, Ranting Losari Purbalingga. Setelah tersusun berjalan sesuai dengan harapan maka diadakan pertemuan dari : Gunungsari oleh H. Umar, Kauman (Rawan) oleh H. Mufti, H. Umar dan Kalibening oleh H. Usman.

Pada tahun 1953 Ranting Muhammadiyah Kalibening terbentuk dan sekaligus pelantikan, bersamaan dengan pelantikan Pengurus Ranting Kalibening digelar Konfrensi Cabang se-Daerah Banjarnegara di Ranting Kalibening bertempat di Rumah Bapak Penatus Kalibening.

Acara pelantikan Pengurus Ranting Muhammadiyah Kalibening dan penyelenggaraan Pembukaan Konfrensi Muhammadiyah se-Daerah Banjarnegara Wilayah Jawa Tengah dimeriahkan oleh peserta penggembira yang tergabung dalam kepanduan HW sekaligus melakukan berbagai atraksi yang diperagakan HW tempo dulu yang di adakan di persawahan perempatan jalan bedana, kalisat, rawan, kalibening dan penancapan tugu batas oleh pandu HW pengingat kelak nanti menjadi tugu Kepanduan. Tidak jauh dari Tugu perempatan (tempo dulu Tugu Kepanduan yang berbarengan genjatan senjata kolonial belanda di jembatan serseng), yang sekarang sudah berdiri bagunan megah yakni MTs Muhammadiyah Kalibening 1, SMA Muhammadiyah Kalibening, Masjid Tarbiyah. Dan dalam penguatan organisasi yang sudah terbentuk diharapkan harus menjadi prioritas pada periode ini ialah membangkitkan Ranting Muhammadiyah. Di sinilah pentingnya sinerji Pimpinan dalam menggerakkan Ranting, termasuk mendirikan Ranting yang statis, selain mengembangkan Ranting yang sudah ada.
Dari tahun 1953 sampai dengan bangsa Indonesia di nyatakan merdeka Pengurus Muhammadiyah Ranting Kalibening mendapat Wawasan ke-Muhammadiyahan dari Salimi dari Wanadadi, Kyai Mustajab dari Banjarnegara, Hamid dari Punggelan, Mingun dari Kalibening, Toha dari Kepala Sekolah Rakyat (SR) Kalibening.

Tahun 1953 didirikan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah pertama di Kalibening dengan menempati Gedung bambu dengan atap alang-alang. Serta pengajar sukarela: Mufti dari Gunungsari, Sumarto dari Gamblok, Masroni dari Kalisat, Sudi, Solihin dari Kalibening dan Pemuda dari Rawan. Tahun 1955 Madrasah berkembang dengan baik, adapun biaya sekolah serta perlengkapan kesemuanya di serahkan kepada masyarakat di Ranting Kalibening.

Madrasah tertua tahun 1925 didirikan oleh keluarga besar Kauman (Rawan) oleh Kyai Mustajab dan Bp. Hadi salah satu sumber ilmu Agama di Kalibening. H. Usman pengasuh Pengajian generasi Muda di Kalibening. Pengajian rutin hari Rabu di Kalibening yang diasuh oleh Kyi Amad Hasan.

Di Kanoman didirikan gedung Permanen yang didanai oleh Bp. H. Amad Hasan
Tahun 1955 s/d 1962 Setelah Kepanduan HW tersusun kepengurusannya dan telah diresmikan bisa berjalan diantara materi yang diberikan : Pengetahuan tentang Kepanduan, Pengetahuan tentang Agama Islam, Akhlaq, Ibadah untuk Pelatih/Instruktur didatangkan dari luar Daerah diantara dari : Karangkobar sdr Muhlas dan sdr Taufik, Punggelan sdr Ihsan dan sdr Suharto, Losari Purbalingga sdr Ihsan. Pendidikan anak-anak membuka Madrasah di tiap-tiap Dusun diantaranya : Gunungsari oleh Niti Suroso, Mustofa, Gamblok oleh Sumardi, Kanoman oleh Sayid dan Masroni, Ihsan, Kalisat Suwardi, Dulrohim, serta Kalibening oleh Sudi, Iskandar, Taufik, Suwarjo, Maksum. Madrasah berkembang dan berjalan, dan selalu di hadiri oleh pengurus Muhammadiyah Ranting yang sifatnya siapa yang mau dan mampu, sebab belum ada kepengurusan yang diresmikan kepengurusannya hanya mengambil orang-orang yang pengalaman dalam pengurusan yang lampau seperti :Dari sesepuh Kauman Rawan : H. Umar, Hadi, Masis. Dari Gunungsari Niti Suroso, Maksudi. Dari Kanoman Muhji, Janarwo, Sumejo, Ngalimi. Dari Kalisat: Adman, Maidi, Durjo, Muhlas. Dari Kalibening : Mingun, Amad Kasan, Suheni, H. Usman, Wartoyo. Dari Beji Serang : Tardjo, Sanmurawi, Tasman. Dari Getas : Muhtar, Krisnamanggolo, Kasmita Siswo, Waryoto.
Tahun 1957 terbentuklah Ranting dan diresmikan oleh Pimpinan Daerah yaitu Bapak Human dan pembina utamanya adalah Bapak Nuhri Ahmad terbentuklah calon Ranting tapi gagal peresmian karena ada permasalahan dengan masyarakat yang kurang mengerti dan tidak condong dengan pergerakan persyarikaan Muhammadiyah tempo dulu, maka hanya terbentuk Ranting-Ranting diantaranya : Ranting Gunungsari dipimpin Niti Suroso. Ranting Gamblok dipimpin Sumardi. Ranting Kalisat dipimpin Muhlas. Ranting Kanoman dipimpin Sumejo. Ranting Kalibening dipimpin Mingun. Ranting Beji Serang dipimpin Dulhofur. Ranting Pasegeran dipimpin Dulal yang gagal diresmikan

Setelah terbentuk Ranting berjalan sesuai dengan harapan akan tetapi tersendat adanya pro dan kontra oleh Partai waktu itu dan adanya pengajian sangat sulit masalah pemberitahuan dengan Pemerintahan setempat kala itu. Di karenakan peristiwa masuknya pembrontak DI/TII ke Kalibening yang menjadi kepanikan dan takutnya para anggota Muhammadiyah ikut didalamnya sebab, selalu didholimi sebagai kader DI/TII dan Permesta oleh Pemerintah Setempat. Masuknya DI/TII Pertama Niti Suroso jadi sasaran, Masukanya DI/TII ke dua di Desa Bedana Wartoyo juga kena sasaran. Masuknya DI/TII ke tiga lebih parah lagi anggota Muhammadiyah makin di jauhkan, peristiwa itu dua orang yang selalu diawasi dan diperiksa ke POS BR waktu itu dan harus apel selama 6 bulan yaitu : Niti Suroso dan Wartoyo Keduanya Guru Agama Islam di Kalibening.

Pada tahun 1964 s/d tahun 1969 Muhammadiyah mengadakan musyawarah antara lain : Mingun, Kamid, Niti Suroso, Wartoyo, Sumasis, Muhlas, Durohim, Sumeja, Sunarto. Perlu adanya pembaharuan dan membangun kesemangatan kembali, perlu adanya pengajian-pengajian yang materi agar diterapkan calon Ranting dan menggiatkan hari-hari besar Maulud, Rajab, Romadhan, Qurban dan yang penting lagi. Ibadah haji, shalat Jumah, Idul Adha, Idul Fitri, dan peringatan hari-hari besar Islam yang dilakukan umat Islam selama ini merupakan bentuk ekspresi keimanan mereka kepada Allah SWT. Di pihak lain, festival dan ritual keislaman dapat dijadikan sebagi media dakwah islam sarana pergerakan Muhammadiyah. Dakwah Islam dengan menggunakan festival dan ritual keagamaan merupakan contoh kecil dari dakwah kultur. Dikatakan dakwah kultural, karena dakwah yang dilakukan menawarkan kultur baru yang bernilai Islami.

Pada tahun 1969 Mendirikan sekolah lanjutan Pendidikan Guru Agama (PGA) dari daerah memberi harapkan dan arahan bila PGA berdiri nanti diresmikan bersama koperensi Daerah Muhammadiyah akan diadakan di Kalibening dengan berdirinya Cabang Muhammadiyah di Kalibening. Berkat pertolongan Alloh dan semangatnya generasi pengurus Ranting di tiap-tiap Dusun dan Desa. Pada tahun 1967 terbentuk 8 (delapan) Ranting dan diresmikan Pimpinan Daerah biarpun berjalan tersendat, banyak rintangan. Tahun 1968 Muhammadiyah Cabang Kalibening ingin mengembangkan pendidikan lanjutan pertama ialah PGA Muhammadiyah.

Awalnya pembangunan bertempat di Kalibening dengan jangka Waktu 6 tahun Pendidikan selesai. Tahun 1969 dibukalah PGA Muhammadiyah bersamaan terbentuknya Cabang Muhammadiyah bertempat di Kalibening. Di tahun inilah Muhammadiyah Cabang mulai bergerak dalam pembinaan-pembinaan di Ranting diadakan pengajian Ranting di setiap bulan. Akhirnya bisa terwujud kepengurusan yang kompak bekerjasama yang diketuai oleh Bapak Mingun dan Kawan-kawan.

Andaikan pada awal gerakannya Muhammadiyah dulu menempuh jalur politik, dan tidak memilih fokus pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan, maka boleh jadi usianya tak akan lama dan tidak akan sampai di Kalibening ini, karena dihempas kepentingan-kepentingan sesaat. Gerak politik memang seringkali menarik dan spektakuler terutama untuk jangka pendek dan menengah, tetapi pada umumnya terhempas di tengah jalan dalam perjuangan jangka panjang. Gerakan yang memilih jalur politik ibarat pasukan yang menang dalam pertempuran tetapi akhirnya kalah dalam peperangan.

Alhamdulillah Muhammadiyah tidak termasuk dalam kategori itu, kalau toh menang dalam pertempuran, tetapi juga insya Allah berhasil dalam peperangan, kendati melalui perjuangan jatuh dan bangun. Sebuah perjuangan tidak melalui kekuatan fisik dan pertempuran sebagaimana pertempuran dan perang yang sesungguhnya, tetapi melalui gerakan dakwah amar maruf nahi munkar untuk kejayaan umat, dan kehidupan umat manusia.

Sumber Dari Bp. WARTOYO Alm

Ditulis oleh : Mister Kismadi, SE (MPI PCM Kalibening)

Editor : Dhimas

Share the Post:
Related Posts