Problem lingkungan hidup dewasa ini seolah tidak ada habisnya. Kehidupan penduduk bumi seakan selalu dikelilingi oleh berbagai macam kondisi yang sebenarnya tidak ideal jika problem seperti peningkatan suhu bumi terus-menerus dibiarkan seperti ini.
Suhu bumi yang kian memanas memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap berbagai sektor kehidupan, utamanya adalah lingkungan hidup. Efek gas rumah kaca (green house effect) yang merupakan residu dari berbagai aktivitas manusia yang menggunakan energi fosil, disinyalir hal tersebut menjadi penyebab utama kenaikan temperatur bumi hari ini. Aktivitas manusia yang dimaksud berupa penggunaan energi fosil untuk kendaraan bermotor, industri ekstraktif (pertambangan) yang membabat hutan-hutan sebagai paru-paru dunia, penumpukan sampah di mana-mana, khususnya sampah anorganik yang sukar diurai, dan masih banyak lagi.
Berbagai permasalahan lingkungan hidup seperti yang disebutkan di atas, mengharuskan sinergi banyak pihak untuk mengatasinya. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan diharapkan dapat membuat regulasi yang mengatur pemanfaatan potensi sumber daya alam secara bijak dan berkelanjutan. Selain itu, masyarakat pun memiliki peran yang tak kalah penting, yaitu memantau implementasi kebijakan tersebut. Di samping sebagai pemantau, masyarakat, khususnya perempuan, juga dapat turut serta berperan aktif mengatasi permasalahan lingkungan hidup, baik di level individu, komunitas, maupun organisasi.
Muhammadiyah sebagai ormas Islam besar dengan banyak amal usaha dan cabang organisasi di luar negeri (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah/PCIM), memiliki perhatian yang sangat besar terhadap masalah lingkungan hidup dan kebencanaan. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya Majelis Lingkungan Hidup (MLH) dan Lembaga Resiliensi Bencana (LRB)/Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Fokus gerakan dari MLH adalah menangani masalah-masalah lingkungan hidup dari berbagai aspek, mencakup edukasi, advokasi, dan aksi nyata di lapangan. Sedangkan LRB/MDMC berperan dalam usaha pencegahan dan penanganan masalah kebencanaan.
‘Aisyiyah, salah satu ortom (organisasi otonom) yang berdasarkan kalender masehi, tahun ini sudah genap berusia 106 tahun. Sebagaimana induk organisasinya, kontribusi terbesar ‘Aisyiyah terletak pada bidang pendidikan dengan banyaknya lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanan (TK ABA/’Aisyiyah Bustanul Athfal) hingga tingkat perguruan tinggi. Selain dalam bidang pendidikan, ‘Aisyiyah juga banyak berkontribusi dalam bidang pengabdian masyarakat, dengan melakukan berbagai kegiatan yang menyasar langsung kepada masyarakat, utamanya perempuan di akar rumput. Satu di antara tema kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh ‘Aisyiyah bergerak di bidang lingkungan hidup dan kebencanaan.
Risalah Perempuan Berkemajuan, salah satu Keputusan Muktamar ‘Aisyiyah ke 48 di Surakarta yang diselenggarakan pada tanggal 23-25 Rabiul Akhir 1444 H/18-20 November 2022 M, merupakan wujud aktualisasi dan kehadiran untuk menjawab masalah tantangan zaman bagi dunia perempuan sejalan dengan pandangan Islam yang menjadi perspektif keislaman dalam Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dalam menghadapi dinamika zaman saat ini dan ke depan. Di dalamnya tercantum sepuluh Komitmen Perempuan Berkemajuan, satu di antaranya adalah Pelestarian Lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan perlu dilakukan oleh komunitas perempuan berkemajuan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam tentang menjaga lingkungan hidup. Perempuan termasuk kelompok rentan yang terdampak kerusakan lingkungan karena kehilangan lingkungan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat tantangan kondisi lingkungan di masa yang akan datang, maka berbagai upaya dapat dilakukan oleh Perempuan Berkemajuan, di antaranya membangun kesadaran terhadap pentingnya sikap menjaga lingkungan. Menjaga lingkungan harus menjadi kesadaran bahwa bumi dan lingkungan adalah tanggung jawab manusia. Perempuan berkontribusi dengan menjaga bumi, melakukan penghijauan untuk pelestarian lingkungan, serta menjaga udara dan suhu bumi menjadi lebih baik. Bersama semua pihak, perempuan berperan penting mencegah perubahan iklim yang masif. Selain itu, perempuan berkontribusi untuk mendukung kondisi yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan barang-barang ramah lingkungan dan melakukan advokasi kebijakan yang strategis terkait pelestarian lingkungan.
LLHPB sebagai Ujung Tombak ‘Aisyiyah
‘Aisyiyah memiliki satu badan pembantu pimpinan yang bernama Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana, selanjutnya akan kita sebut LLHPB. LLHPB merupakan perwujudan dari amanat Keputusan Muktamar ‘Aisyiyah ke 47 di Makassar tahun 2015. Muktamar adalah forum permusyawaratan tertinggi di organisasi yang dilaksanakan satu kali dalam setiap periode, sebagai forum untuk evaluasi, penyampaian laporan pertanggungjawaban, perumusan agenda organisasi periode selanjutnya, dan pemilihan struktur kepemimpinan baru untuk satu periode ke depan. Seperti halnya ‘Aisyiyah, LLHPB juga memiliki level organisasi, mulai dari tingkat pusat hingga tingkat ranting ‘Aisyiyah. Secara umum, LLHPB dibentuk untuk menyelamatkan alam dan kehidupan manusia dari dampak lingkungan dan bencana melalui kegiatan manajemen yang berkelanjutan.
Penelitian yang dilakukan oleh Amaliatulwalidain, dkk (2023) menjelaskan konsep gerakan Green ‘Aisyiyah yang merupakan salah satu kontribusi nyata LLHPB ‘Aisyiyah. Turunan dari ideologi ini kemudian dimaknai ulang atau lebih tepatnya dikonstruksi dengan pemahaman makna yang lebih sesuai dengan corak gerakan Aisyiyah yang sesuai dengan kearifan lokal, semacam Green Idul Adha, Green Ramadhan, dan Green Idul Fitri. Gerakan-gerakan tersebut menyerukan aktivitas sehari-hari yang ramah lingkungan kepada masyarakat, khususnya pada momen-momen hari raya Islam. Bentuk gerakan yang dimaksud dapat berupa mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai, kemudian diganti dengan membawa kantong belanja atau wadah yang dapat digunakan berulang-ulang; menghemat pemakaian air dan listrik; meminimalkan sampah hasil sisa pengolahan makanan dan sampah sisa makanan.
Sepak terjang LLHPB sebagai ujung tombak praksis gerakan ‘Aisyiyah kini sudah dirasakan di berbagai pelosok negeri. Berbagai program telah dilaksanakan dengan sinergi bersama berbagai pihak. LLHPB memiliki dua divisi, yaitu Divisi Lingkungan Hidup dan Divisi Penanggulangan Bencana. Praksis gerakan yang dilakukan oleh LLHPB dimotori oleh kedua divisi tersebut. Merujuk pada hasil Keputusan Rakernas LLHPB yang dilaksanakan di Jakarta, Jumat-Ahad, 21-23 Juli 2023 dengan tema: KETAHANAN KELUARGA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA UNTUK MEWUJUDKAN QARYAH THAYYIBAH, visi dan misi yang ditetapkan pada periode kedua lembaga ini berdiri adalah:
Visi:
Terwujudnya kesadaran, sikap hidup, perilaku ramah lingkungan, dan adaptasi perubahan iklim, serta pengurangan risiko bencana di kalangan ‘Aisyiyah dan masyarakat umum sebagai wujud Islam Berkemajuan.
Misi:
Terbangunnya kesadaran, sikap hidup, perilaku ramah lingkungan, dan adaptasi perubahan iklim serta pengurangan risiko bencana, di kalangan ‘Aisyiyah dan masyarakat umum, sehingga mampu mengembangkan gerakan pelestarian lingkungan, dan gerakan pengurangan risiko bencana.
Merujuk pada keputusan tahun 2023, LLHPB menyepakati program unggulan/prioritas nasional, program sinergi lintas majelis/lembaga, dan program bidang. Program unggulan/prioritas nasional LLHPB adalah Green ‘Aisyiyah, yang berfokus pada pengurangan sampah dan penanaman pohon untuk perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. Program sinergi lintas majelis/lembaga meliputi : 1) Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) bekerja sama dengan Majelis Paud Dikdasmen; dan 2) Ketahanan Keluarga terhadap Perubahan Iklim dan Bencana melalui Keluarga Sakinah Qaryah Thayyibah, bekerja sama dengan Majelis Tabligh dan Ketarjihan, Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan, serta Majelis Kesejahteraan Sosial.
Belum lama ini, LLHPB PDA Banjarnegara berkolaborasi dengan LLHPB PWA Jawa Tengah, Pemkab Banjarnegara, dan Pemerintah Desa Wanadadi, menggelar kegiatan penanaman 1000 pohon dan tebar benih ikan di Waduk Mrica area Wisata Seakong, pada hari Sabtu, 18 November 2023, berbarengan dengan diadakannya Pembukaan Festival Seakong. Jenis pohon yang ditanam adalah jenis pohon buah-buahan yang meliputi durian, alpukat, mangga, dan rambutan.
Dilansir dari layarmu.id, Ketua LLHPB PWA Jawa Tengah, Lilik Tri Prihantini, menyampaikan bahwa, agenda penanaman pohon akan dilaksanakan di seantero Jawa Tengah dan Kabupaten Banjarnegara menjadi daerah pertama yang melaksanakan agenda ini. Masih menurut Lilik, agenda penanaman 1000 pohon ini menjadi salah satu upaya mitigasi dalam rangka menanggulangi bencana alam (bencana hidrometeorologi). Sebagai contoh adalah kekeringan dan banjir, yang dapat dicegah, salah satunya dengan aksi penanaman pohon. LLHPB ‘Aisyiyah digadang-gadang mampu menjadi inisiator agenda penanaman pohon dengan sistem pola asuh. Maknanya, pohon tidak hanya sekadar ditanam, namun pohon juga mesti dititipkan untuk dipelihara agar memberikan manfaat bagi masyarakat.
Agenda ini menjadi sinyal gerakan LLHPB yang sudah sampai pada masyarakat akar rumput. Secara geografis, sebagian wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah daerah dataran tinggi, daerah yang cukup rawan longsor, terlebih ketika daerah tersebut ditumbuhi sedikit vegetasi, apalagi sampai gundul. Gerakan penanaman pohon ini menjadi tonggak awal gerakan pelestarian lingkungan. Agenda ini tentu memiliki banyak manfaat di masa mendatang, karena dapat mencegah terjadinya longsor.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa perempuan adalah salah satu kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim dan bencana. Oleh karena itu, untuk mempertahankan hak-hak perempuan dari kerugian akibat perubahan iklim, perempuan harus turut serta berkontribusi dalam menangani masalah perubahan iklim. Sudah semestinya perempuan tidak boleh tertinggal di belakang laki-laki dalam agenda penanganan problem perubahan iklim. Sebagaimana spirit kesetaraan yang dibawa oleh Islam dan juga diusung oleh KH. Ahmad Dahlan lewat organisasi otonom ‘Aisyiyah, perempuan juga memiliki begitu banyak potensi yang ketika dimanfaatkan, akan sangat berkontribusi dalam upaya penanganan problem perubahan iklim.
Momentum COP28 Dubai
Dubai, Uni Emirat Arab, pada 30 November-12 Desember 2023, tengah menyelenggarakan Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim ke 28 atau COP28 (Conference of the Parties 28) Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC/United Nations Framework Convention on Climate Change) yaitu forum yang mempertemukan berbagai pihak sedunia yang memobilisasi aksi kolektif global untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1.5o C di atas suhu pra-industri pada tahun 2100 dan bertindak untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang sudah ada. Forum tahunan tingkat dunia ini mempertemukan banyak pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya pengendalian perubahan iklim, mulai dari pemerintah, pengusaha, aktivis lingkungan (organisasi masyarakat adat, NGO bidang lingkungan), dan lain sebagainya.
‘Aisyiyah, melalui LLHPB dapat turut serta berperan aktif dalam memanfaatkan momentum besar tersebut sebagai bagian dari organisasi masyarakat sipil yang memberikan sumbangsih bagi penyelesaian problem perubahan iklim. Melalui LLHPB inilah, kaum perempuan dapat berkontribusi dalam sayap organisasi yang berfokus pada penanganan masalah perubahan iklim dan penanggulangan bencana, khususnya bencana hidrometeorologi sebagai akibat dari perubahan dan krisis iklim. LLHPB mesti berjejaring dan bekerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki visi dan misi sama dalam hal lingkungan hidup dan penanggulangan bencana, baik itu di dalam maupun di luar lingkup persyarikatan Muhammadiyah, untuk berkontribusi aktif dalam gerakan pelestarian lingkungan, meliputi aksi nyata di lapangan, edukasi pada masyarakat di akar rumput, dan advokasi terhadap berbagai kasus yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup.
Kontributor : Afriansyah
Editor : Dhimas