Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

Wujud Syukur Progresif dengan Semangat Beramal

Bersyukur artinya berterima kasih atas segala pemberian. Orang yang senantiasa bersyukur atas nikmat yang ada, maka nikmat itu akan terus bertambah. Sebagaimana sesuai dengan firman Allah Q.S. Ibrahim ayat 7. Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengatakan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Ayat tersebut menunjukkan betapa pentingnya bersyukur dan betapa bahayanya jika syukur itu tidak dilakukan. Karena akibatnya dapat mendatangkan azab dari Allah yang teramat pedih. Ayat  di atas juga menunjukkan adanya janji tapi juga ada ancaman.  Dalam praktiknya jumhur ulama menyebutkan syukur itu ada tiga macam. Syukur dengan hati (bil qalbi), syukur dengan lisan (bil lisan) dan syukur dengan perbuatan (bil amal).

Bersyukur dengan hati artinya meneguhkan keyakinan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan merasa senang menerima pemberian itu. Kedua, bersyukur dengan lisan artinya melafalkan kalimat syukur melalui lisan kita. Kalimat syukur yang biasa dilafalkan adalah kalimat hamdalah “alhamdulillah hirabbil ‘alamin”. Terakhir syukur dengan amal artinya menggunakan pemberian atau nikmat itu untuk beramal dengan sebaik-baiknya.

Tapi jika dicermati, ternyata masih banyak di antara kita yang dalam bersyukur masih pada tataran dengan lisan saja atau bil lisan. Terhenti hanya mengucap syukur “hamdalah” tanpa ada perasaan yang mendalam di hati. Apalagi sampai pada perubahan amal terbaik pada diri kita. Lalu jika demikian, apakah hanya dengan mengucap kalimat “alhamdulillah” sebagai kalimat syukur, nikmat lain dapat bertambah? Tentu saja tidak semudah itu. Mari kita ilustrasikan.

Misalkan ada seorang direktur perusahaan dan salah seorang manajernya. Manajer itu adalah orang yang sangat rajin, cekatan, memiliki prestasi yang baik dan memiliki etos kerja yang sangat tinggi. Melihat prestasi itu, sang direktur memberikan hadiah berupa tambahan gaji dan menaikkan pangkat serta jabatan sang manajer di perusahaan itu. Lalu sang manajer mengucapkan teri makasih kepada sang direktur.

Kemudian apakah hanya sebatas mengucapkan kata terima kasih itu, prestasi dapat diraih kembali oleh sang manajer ke depannya? Tentu saja tidak. Karena justru dengan gaji yang bertambah dan pangkat semakin tinggi, maka tanggung jawab juga semakin besar. Oleh karena itu, kinerja dari sang manajer juga harus ditambah. Tidak boleh sama atau bahkan menurun. Tidak boleh berhenti hanya sebatas terima kasih secara lisan, kemudian sang manajer mendapatkan tambahan prestasi.

Jadi makna kalimat “Kami akan menambah (nikmat) kepadamu” pada ayat di atas, bukan hanya hak yang bertambah tapi juga diiringi dengan kewajiban yang juga harus bertambah. Beban kinerja harus ditambah, usaha harus semakin rajin dan semakin giat lagi dalam bekerja. Ikhtiar kita harus lebih dimaksimalkan agar mendapatkan prestasi yang lebih baik.

Menyimak ilustrasi di atas, maka ucapan terima kasih atau syukur harus berdampak pada perbuatan atau amal yang bertambah kualitasnya. Amal menjadi semakin banyak dan menjadi semakin baik. Makna bertambahnya nikmat harus disertai dengan bertambahnya ikhtiar. Tidak boleh sama apalagi menurun. Oleh karena itu, dari ilustrasi di atas dapat menandakan bahwa semangat bersyukur bukanlah hal pasif, tetapi progresif, yang artinya tidak berhenti hanya sebatas mengucapkan “terima kasih” atau “alhamdulillah” tapi harus dilanjutkan pada sikap hidup, beramal dan ikhtiar yang lebih baik. Wallahu ‘alam bishawab.    

Kontributor : Dartim Ibnu Rushd (Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Email : dir569@ums.ac.id)

Editor : Dhimas

Share the Post:
Related Posts