Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

Tetap Sehat Setelah Hari Raya

Keriuhan lebaran kini telah terlewat, hal tersebut ditandai dengan berakhirnya masa cuti dan dimulainya aktivitas belajar mengajar di sekolah. Aroma opor ayam tidak semeriah sebelumnya, kue nastar seakan menjadi hal biasa, kaleng khong guan berisi rengginang juga telah menjadi lagu lama, sementara sirup marjan mungkin masih tersimpan hingga lebaran tahun depan.

Pada kesempatan kali ini, izinkan saya mengajak pembaca untuk melihat sisi lain lebaran yang telah kita lalui, di mana saat sebagian besar orang saling berkunjung ke tempat saudara atau kasepuhan, sebagian yang lain justru harus “bersilaturahmi” dengan tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat “IGD”.

Kedatangan mereka tentu bukan tanpa alasan, kondisi fisik yang letih hingga penyakit pencernaan seperti diare dan tipes adalah sebagian kasus yang kerap ditemukan. Tak ayal, ruang IGD saat lebaran sempat berubah nuansa karena sebagian pasien dan pengantar menggunakan baju baru dan sandal baru.

Kasus selanjutnya yang kerap ditemui adalah kasus kecelakaan, mulai dari kecelakaan ringan, sampai dengan kecelakaan berat yang membutuhkan penanganan serius.

Setiap lebaran sepertinya memang akan meninggalkan cerita, mulai dari cerita tentang pencapaian pribadi, hingga cerita tentang riwayat kesehatan yang rupanya perlu diperhatikan kembali.

Saat ini, kasus Demam Berdarah sedang tinggi-tingginya, kebutuhan akan darah meningkat seiring bertambahnya kasus pasien dengan defisit trombosit, hal ini diperparah dengan jumlah darah di PMI yang terkadang tidak mencukupi, sehingga keluarga pasien harus mencari pendonor darah demi kesehatan keluarganya.

Sakit di saat lebaran sepertinya menjadi mimpi buruk, sama buruknya seperti Manchester United yang kalah dengan Brentford atau Crystal Palace. Momen yang harusnya menjadi saat bahagia, justru menjadi momen untuk bersabar sembari menyimak info mudik yang tersiar di televisi bangsal Rumah Sakit.

Lantas kenapa di momen lebaran seakan tidak ada kata libur untuk “penyakit”? Setidaknya ada beberapa hal yang terkadang luput dari perhatian, sehingga tubuh harus berada dalam mode tepar saat momen lebaran.

Cuci Tangan

Pandemi Covid-19 sudah semestinya mengajarkan kita untuk rajin cuci tangan. Di momen lebaran ini, seakan sudah menjadi hal yang langka di mana tuan rumah menyediakan hand sanitizer di ruang tamu. Meski pandemi covid-19 sudah berakhir, bukan berarti virus dan bakteri akan hilang begitu saja.

Oleh karena itu, cuci tangan bisa menjadi perisai diri agar terhindar dari virus maupun bakteri. Apalagi momen lebaran adalah momen di mana kita bertemu dengan banyak orang dan selanjutnya bersalaman. Jangan sampai, momen saling memaafkan tersebut justru menjadi jembatan penularan penyakit.

Kelelahan

Lelah fisik menjadi salah satu menurunnya imunitas tubuh, sehingga tubuh mudah sakit. Momen lebaran jelas meningkatkan kesibukan bagi Ibu Rumah Tangga untuk bermanuver dengan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan dapur.

Di sisi lain ada pula yang rela melakoni perjalanan panjang untuk bisa bertemu keluarga di kampung halaman. Tentunya tidak ada perjalanan panjang tanpa resiko, kelelahan di perjalanan, ngantuk saat berkendara dan beragam ancaman di perjalanan tentu menjadi hal yang harus menjadi perhatian pagi pengendara/pemudik.

Makanan

Setelah berpuasa satu bulan lamanya, momen lebaran menjadi ajang pesta kuliner baik di rumah keluarga ataupun di rumah sanak saudara, beragam sajian seperti opor ayam santan, rendang, hingga minuman manis adalah sesuatu yang tidak asing saat merayakan hari kemenangan.

Keanekaragaman kuliner di saat lebaran tentu bisa berdampak terhadap status kesehatan, seperti surplusnya angka gula darah, asam urat dan kolesterol. Sehingga diperlukan sikap “sadar diri” sebelum memotong ketupat dan mengguyurnya dengan kuah santan yang menggoda indera pengecapan.

Pastinya kita perlu menjaga diri dari perilaku berlebihan, sehingga kita bisa menjalani momen lebaran dengan tubuh dan jiwa yang sehat.

Akhir kata, menjaga kesehatan diri sama pentingnya dengan menjaga tali silaturahmi.

Kontributor : Dhimas Raditya Lustiono

Editor : Dhimas

Share the Post:
Related Posts