Oleh : Budi Hastono
“Sesungguhnya orang mukmin itu sedikit bicara dan banyak kerja (amal), sedangkan orang munafik banyak bicara dan sedikit bekerja.”
(Imam Al-Auza’I dalam Hilyatul Auliya)
Rasa-rasanya baru kemarin saya mendendangkan lagu semangat dari pandu Hizbul Wathan yang sering kami plesetkan liriknya jika sedang bersendau gurau. Kira-kira di tahun 2006-2009 perjumpaan saya dengan lirik lagu mars Hizbul Wathan, lirik “Punya Haluan sedikit bicara, banyak bekerja” sering kami plesetkan dengan “Sedikit bicara banyak makannya” karena memang sewaktu itu, ada teman kami yang begitu hebat dalam masalah makan dan begitu lemah persoalan menggiatkan kegiatan kiranya Mars tersebut pada bait pertama berbunyi;
//Teguh hati sebagai baja/ Menjalankan kewajiban/ Dengan sopan bersuka durja/ Sama-sama fakir dan kaya/ Punya Haluan “sedikit bicara banyak bekerja”//
namun mengenai kapan Mars lagu tersebut dibuat saya masih belum menemukan tahun yang pasti apakah di tahun awal Hizbul Wathan lahir atau tahun 1999 ketika HW kembali lagi dibangkitkan dari mati suri atas peleburan seluruh kepanduan menjadi Praja Muda Karana di tahun 1961.
Saya jadi bertanya-tanya mengapa slogan, semboyan atau bisa kita sebut dengan ajaran tersebut begitu melegenda dan sering diulang-ulang di dalam persyarikatan Muhammadiyah. Seketika itu juga saya jadi ingat semangat seorang Robbin dalam Manga jepang “One Piece” yang mengikuti perjalanan Luffy adalah untuk mencari lokasi Poneglyph yang bertuliskan Bahasa kuno dan menjelaskan mengenai abad kekosongan, yaitu masa dimana sebelum pemerintahan dunia mengatur negara-negara dalam kekuasaannya dan pemerintahan dunia senantiasa menutupi bahkan menyembunyikan keberadaan poneglyph tersebut.
Jika kita membuka salah satu buku yang mengulas mengenai Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 2015, disebutkan bahwa di dalam diri Muhammadiyah memang telah muncul slogan itu sebagai sebagai sebuah tradisi turun temurun di dalam tubuh Muhammadiyah, di sana disebutkan bahwa;
Muncullah slogan yang terkenal dalam tradisi Muhammadiyah tentang “sedikit bicara banyak kerja” atau “legan golek momongan” (bujangan mencari anak asuh) yang kemudian menjadi etos aktivis gerakan ini di kemudian hari. Slogan dan etos tersebut mengindikasikan sebuah praksis keberagamaan yang mendasari hampir semua kerja sosial-budaya yang dikembangkan Kiai Ahmad Dahlan (hl.69)
Di dalam buku tersebut tidak dijelaskan apakah memang semboyan tersebut berasal langsung dari Kyai Dahlan atau datang setelahnya. Mungkin jejak dokumen yang paling dekat untuk menjelaskan mengenai Kyai Dahlan adalah catatan yang menceritakan beliau paling awal. Kita mengenal buku dengan judul “Catatan tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan” yang ditulis oleh K.H Sudja’ memang tidak ada satu ungkapan yang secara terus terang mengatakan bahwa Kyai Dahlan pernah mengatakan “Sedikit Bicara banyak Bekerja” namun ada sebuah pengakuan dari beliau saat menemani Kyai Dahlan selepas ceramah di Kepuh utan Panjang. Kyai Sudja’ menuliskan;
Jalan gelap karena listrik belum ada, yang ada lampu gas dan sebagian sudah dipadamkan dan kendaraan tidak ada. Jadi kita terpaksa pelahan jalan kaki dari Kepuh Utan Panjang sampai hotel di Pasar Glodog. Kalau kita berdua masih muda-muda, tetapi KHA. Dahlan memang sudah berusia lanjut dan banyak bekerja. Padahal dalam perjalanan malam itu angin meniup agak sedikit kencang. Sampai di hotel ± jam 2 malam.(Hl,. 121)
Dari sini kita bisa membaca bahwa Kyai Dahlan memang seseorang yang sangat giat untuk bekerja, giat beramal dan giat melakukan kebaikan.
Ada pula salah satu catatan resmi yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah melaluui Lembaga Pustaka dan informasi PP Muhammadiyah dengan judul “95 tahun Langkah perjuangan Muhammadiyah, Himpunan keputusan Muktamar” pada keputusan Muktamar Muhamamdiyah ke XXIII 19-26 Juli 1934 di Yogyakarta disebutkan dalam paragraph terakhir laporan komisi;
Berat atau ringannya putusan-putusan itu dijalankan oleh yang bersangkutan: Hoofdbestuur, Cabang, Grup dan sekutu Muhammadiyah, kami serahkan. Malah sesungguhnya, tidak perlulah diperkatakan: enteng, berat, dekat dan jauh dalam memenuhi kewajiban dan keputusan itu. Cukuplah dikerjakan dan dikerjakan saja, habis perkara; kalau belum dapat dengan seketika, ikhtiarkanlah dari sedikit demi sedikit.
Memang, kita mendirikan Muhammadiyah itu guna beramal, sedikit bicara banyak bekerja, padahal amal kita memang pada tempatnya dan dengan sesungguhnya diperintahkan oleh Agama Islam, menyontoh Nabi Muhammad s.a.w..
Di dalam keputusan tersebut kata “Sedikit bicara banyak bekerja” benar-benar disebutkan secara jelas sebagai sebuah hasil keputusan dengan rasa yang begitu mendalam, seakan-akan memang kaidah sedikit bicara banyak bekerja sudah benar-benar berada di tulang dan sendi warga Muhammadiyah.
Pun, Jika kita membuka dokumen lama mengenai Muktamar Muhammadiyah, mungkin lagu Muktatar Muhammadiyah tahun 1929 dengan judul “Nyanyian Mu’tamar ke-18 di Solo” yang digubah (diciptakan) oleh H.M Junus Anis bisa menjadi lacakkan yang paling sepuh. Dalam teks lagu tersebut di tuliskan dengan jelas sebagai bagian dari syair yang tertulis;
//“Kongres kita amat besar/ selalu kita gembira/ besar arti dan besar halnya/ besar pula yang ditera/ Maka syukur kami yang tak terkira-kira/ kepada Allah yang memelihara/ Muhammadiyah ditolong dan disuburkan dengan segera/ sehingga syiarnya kentara/ Muhammadiyah sedikit bicara/ banyak bekerja/ terima kasih kepada semua tuan dan siti-siti/ yang mengunjungi kongres besar dengan ringan ikhlas hati/ Kongres Muhammadiyah yang sangat berarti/ mempersatukan dengan hati/ kaum Islam se-Hindia supaya sekata sehati/ maka wajib diperingati/ kongres di Solo/sedikit bicara/ banyak bekerja.”//
Apakah tahun 1929 ini tahun pertama Semboyan itu muncul? Jika kita buka kembali latar sejarah ditahun 1916 dimana pertemuan pertama K.H Mas Masyur dengan Kyai Dahlan, ketika itu K.H Mas Masyur begitu tertarik dengan Kyai Dahlan, dengan begitu indah bahasa pertemuan mereka berdua ditulis Kyai Masyur dalam menggambarkan bagaimana Kyai Dahlan itu;
“Waktu itulah saya datang kepada beliau dan memperkenalkan diri. Baru saja berkenalan hati tertarik, baru saja keluar kata lemah lembut dari hari yang ikhlas, hatipun tertunduk”, kalimat itu tertulis dalam buku “Kyai Haji Mas Masyur karangan tersebar” yang terbit di tahun 1992 dan merupakan terbitan ketiga (terbitan pertama tahun 1968, kedua 1985) pada nomor 46 yang menceritakan Kiyai Haji Ahmad Dahlan dan pada paragraf terakhir beliau menuliskan kalimat yang memiliki kaidah yang sedang kita Bahas saat ini yaitu “sedikit bicara banyak bekerja” Kyai Mas Mansyur menuliskan;
Beliaupun yakin bahwa usaha untuk memperbaiki ummat itu tidak sebentar, tidak cukup setahun dua tahun, tidak memadai sepuluh atau dua puluh tahun saja. Dengan sedikit bicara banyak bekerja pekerjaan itu telah beliau mulai. (K.H Mas Masyur, 1938)
Namun tulisan tersebut tersemat dengan keterangan tahun 1938 dan dimuat di majalah Adil no. 48 Tahun VI, 3 September 1938, namun tentunya perjumpaan dengan Kyai Dahlan bahkan aktifitas Kyai Mas Masyur di Muhammadiyah jelas memberikan makna bahwa dalam kurun waktu beliau pertama bertemu dengan Kyai Dahlan di tahun 1916 dan pada tahun 1921 Kyai Mas Masyur bergabung dengan Muhammadiyah secara resmi dan Kyai Dahlan wafat di tahun 1923 artinya semangat jargon “Sedikit Bicara banyak Bekerja” memang sudah berangkat dari kesungguhan dan perjuangan Kyai Dahlan dalam bercita-cita memperbaiki ummat.
Jika dari dalam dokumen resmi seperti lagu kongres (sekarang disebut Muktamar) bahkan sekelas keputusan dalam Kongres pastinya memang kalimat tersebut sudah mendarah daging di dalam warga persyarikatan, bahkan dikuatkan dengan ungkapan-ungkapan murid Kyai Dahlan langsung dalam catatan Kyai Sudja’ juga jelas bahwa Kyai Mas Masyur pun juga mengetengahkan bahwa sifat “Sedikit Bicara, Banyak Bekerja” muncul dari pribadi Kyai Dahlan, yang tentunya hingga saat ini kaidah itu masih terus digemakan oleh sekalian warga persyarikatan sebagai sebuah sikap dalam beramal. Dan mungkin diluar masih ada beberapa dokumen atau pengakuan yang belum kita temukan berkaitan dengan “Sedikit Bicara banyak Bekerja” namun tentunya bukan sedari kapan kalimat itu muncul namun sedari kapan kita akan tetap menyertakan slogan tersebut menjadi etos aktivisme kita dalam bermuhammadiyah dan dalam beramal dalam berbagai sendi kehidupan. Matur Suwun