Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

Prof Dadang : Dakwah di Ruang Digital Harus Dikemas Menarik

Dari sekian banyak pembicara dalam workshop Literasi Digital yang diselenggarakan oleh MPI PP Muhammadiyah 22-23 Maret 2024 di UMS. Nama Prof. Dadang Kahmad cukup membuat saya tertarik untuk merekam penuturannya ke dalam deretan aksara. Berikut ini adalah penuturan dari Prof. Dadang Kahmad yang berhasil saya tangkap melalui tulisan.

Sejak 90an internet mulai muncul namun saat itu, internet dulu tidak begitu dilirik bahkan wartel dan kirim salam via radio masih berada di masa jayanya.  Tetapi saat ini internet mulai menguasai dunia, hampir semua orang bisa mengakses internet, bahkan HP masa kini sudah tersambung internet. Angka bombastis menunjukkan angka 12 trilyun rupiah per tahun untuk belanja smartphone yang merupakan produk impor.

Sebelum dilanjut, mari kita sepakati bahwa Al Quran sebagai kitab umat Islam telah mengajarkan untuk iqra’ yang memiliki arti “bacalah”, tapi sebagian besar masyarakat Indonesia justru tidak mau membaca kecuali pesan whatsApp. Bayangkan saja, dari 1000 orang di Indonesia, hanya 1 yang mau baca buku. Tentu saja hal ini menjadi otokritik terhadap umat muslim yang mengimani Al Quran tapi malas membaca.

Allah SWT telah mengajari Nabi Adam As berbagai macam nama  termasuk material untuk menguasai dunia. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang menguasai dunia adalah orang yang memiliki pengetahuan yang bagus. Ironisnya perpustakaan di Indonesia justru sepi, kalaupun ada pengunjung, kemungkinan mereka sedang mengakses wifi, bukan menyentuh buku yang ada di rak.

Perkembangan teknologi semakin pesat. Manusia mulai berhadapan dengan mesin, bahkan sudah ada mobil tanpa mesin. Cara berkomunikasi saat ini juga bisa melalui smartphone dengan beragam fitur, seperti panggilan video, teks, audio maupun gambar. Hal tersebut rupanya mengubah cara berkomunikasi anak muda menjadi lebih virtual dengan menggunakan media social. Sehingga tidak heran jika anak dan orang tua yang sebenarnya saling berdekatan, justru mereka berkomunikasi melalui WhatsApp.

Perlu disadari pula, bahwa sekarang adalah zaman digital, artinya pergerakan dakwah di ruang digital harus dikemas secara cantik dan maksi. Tampilan situs dakwah harus responsive dan efektif. Tampilan Landing page harus mampu membuat orang penasaran untuk membuka situs.

Oleh karena itu, muhammadiyah yang mengusung semangat pembaharuan harus menghadirkan wajah baru dalam berdakwah melalui berbagai platform media berbasis digital sehingga cocok dengan karakter komunitas virtual. Karena Barangsiapa yang bisa membanjiri media social, dialah pemenangnya.

Meski demikian, harus kita sadari pula bahwa berubahnya belajar beragama secara digital, menjadikan media social menjadi tempat tumbuhnya Post Truth seperti hoax atau berita palsu, di mana kebenaran didukung dengan emosi pribadi, kedangkalan makna beragama, menguatnya formalism, keberlimpahan informasi dan matinya otoritas keagamaan.

Sehingga, Muhammadiyah perlu menyajikan konten media social yang menarik, tidak kaku dan mampu menyentuh banyak lapisan termasuk netizen yang bukan simpatisan Muhammadiyah. Apalagi dengan adanya konsep Islam Wasatiyah, tentunya Muhammadiyah perlu menggaungkan pemikiran ini guna menjaga perdamaian di tengah keberagaman dan perbedaan.

Kontributor : Dhimas Raditya Lustiono

Editor : Dhimas

Share the Post:
Related Posts