Sabtu siang, 1 Februari 2025, saya bersama Ustaz Irfan dalam perjalanan menuju rumah Bu Umi Sulfiyah. Jalanan cukup ramai, dan kami mengikuti sebuah truk besar di depan kami. Tiba-tiba, sopir truk itu mengeluarkan tangannya dari jendela dan menepuk-nepuk rokoknya, membuat abu berterbangan ke arah kami. Hampir saja abu itu mengenai wajah kami.
Ustaz Irfan menghela napas panjang. “Ini bukan pertama kalinya saya mengalami hal seperti ini,” katanya lirih.
Saya menoleh, penasaran dengan nada suaranya yang berubah. “Pernah kejadian buruk, Ustaz?”
Ia mengangguk, wajahnya mendung mengenang masa lalu. Ketika Ustaz Irfan membonceng neneknya.
“Dulu, keluarga saya pernah mengalami musibah karena abu rokok, ustaz” katanya. “Waktu itu, Nenek saya sedang naik motor. Ada seseorang yang sedang merokok di jalan. Saat ia menepuk rokoknya, abu panas itu terbawa angin dan mengenai mata Nenek.”
Saya terkejut. “Terus bagaimana keadaannya?”
“Awalnya hanya perih dan merah, kami kira akan sembuh dengan sendirinya. Tapi ternyata matanya semakin bengkak dan ia mengeluh kesakitan,” lanjutnya. “Kami segera membawanya ke rumah sakit. Dokter bilang ada iritasi parah yang bisa berdampak buruk jika tidak segera ditangani.”
Saya mendengarkan dengan serius. Tampak Ustaz Irfan menahan air matanya.
“Sayangnya, infeksi sudah menyebar. Meski sudah dirawat, kondisinya terus memburuk. Nenek akhirnya mengalami gangguan penglihatan secara permanen. Dia tidak bisa melihat lagi setelah kejaian itu. Hal ini juga berdampak buruk pada kesehatan lainnya. Hingga akhirnya, dia hanya bergantung pada anak-anaknya, sampai kemudian ia meninggal dunia,” kata Ustadz Irfan dengan suara bergetar.
Saya terdiam, merasakan kesedihan mendalam yang tersirat di wajahnya.
“Sejak saat itu, saya semakin sadar betapa berbahayanya rokok, bukan hanya bagi perokok, tapi juga bagi orang-orang di sekitarnya,” lanjutnya.
“Hanya karena kebiasaan buruk satu orang, nyawa seseorang bisa melayang.”
Perjalanan kami lanjutkan dalam diam. Kata-kata Ustadz Irfan terus terngiang di benak saya. Rokok bukan hanya merusak diri sendiri, tetapi juga bisa menjadi bencana yang merugikan bagi orang lain.
Setelah peristiwa itu, saya semakin teguh untuk mengingatkan orang-orang di sekitar saya akan bahaya merokok. Sebab, satu puntung rokok bukan hanya sekadar asap yang menghilang, tetapi juga bisa menjadi penyebab luka, bahkan kehilangan orang yang kita sayang.
Kontributor: Agus 3@1
Editor: Dhimas