Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

Muhlas, Sosok Dahlan Dari Dusun Benda

Dulu, ya, Mas. Orang-orang di sini memang kebanyakan beragama Islam, tapi belum ngerti Bismillah,” 

Kalimat di atas terucap saat saya mengajak Bapak Muhlas untuk bercerita tentang bagaimana perjuangannya dalam membangun MI Muhammadiyah Lebakwangi (MIMUNDA) yang terletak di kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah.

Di jam istirahat makan siang, saya mencoba mendekati sosok inspiratif yang ingin saya tuliskan pada kesempatan ini. Sebuah cerita yang sempat membuat saya teringat akan perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam membangun Sekolah Muhammadiyah sembari tetap menyebarkan dakwah.

Di sela Muhlas menyantap Nasi Kuning, beliau bercerita bahwa dulu dirinya sering membantu kakaknya yang bernama Suja’ni untuk menyelenggarakan pengajian di rumah salah satu tokoh masyarakat yang ada di dusun Benda. Dipilihnya rumah tokoh masyarakat tersebut bertujuan agar masyarakat di Desa Lebakwangi khususnya Dusun Benda berkenan datang untuk menyemarakkan pengajian, karena bagaimanapun juga tokoh masyarakat di desa merupakan orang yang disegani dan dihormati.

Saya yang sedari tadi duduk satu meja dengan beliau benar-benar seperti terhipnosis oleh kisah perjuangannya, lidah saya menangkap kelezatan nasi kuning, hidung saya menangkap aroma wangi rempah kunyit, namun telinga masih tenggelam dalam kisah perjuangan yang diceritakan oleh Muhlas.

Awal tahun 2000an, MIMUNDA ini hanya memiliki 29 murid dari kelas 1 sampai kelas 6. Dengan tenaga 1 guru dan 1 Kepala Sekolah,” Ujar Muhlas.

Mendengar cerita tersebut membuat saya mengunyah nasi kuning dengan lambat. Sekilas kisah tersebut tidak jauh berbeda seperti keadaan di SD Muhammadiyah Gantong yang menjadi setting dari Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.

Dirinya kembali bercerita, bahwa dulu tidak ada siswi MIMUNDA yang berjilbab ketika datang ke sekolah, hingga akhirnya Muhlas mencari jilbab bekas yang masih layak pakai untuk kemudian dijadikan hadiah kepada siswi yang mendapatkan nilai bagus ketika ulangan.

Demi mengembangkan MIMUNDA yang merupakan Amal Usaha di bidang pendidikan, Muhlas mengaku tidak segan untuk mendatangi rumah Warga secara door to door. Pria yang pernah menjabat sebagai kepala MIMUNDA tersebut secara gigih mendatangi keluarga yang memiliki anak usia TK untuk kemudian mengajak anaknya agar bersekolah di MIMUNDA. Aktivitas mempromosikan MIMUNDA tersebut ia lakukan tanpa bayaran sepeserpun

Dulu saya datangi rumah ke rumah, Mas. Sampai akhirnya saya jadi mirip seperti surveior kesejahteraan masyarakat,” Tutur Muhlas dengan tawa kecilnya.

Mendengar kisah dari Muhlas, membuat saya semakin yakin bahwa semangat yang diwariskan oleh Ahmad Dahlan masih ada meskipun Ahmad Dahlan telah tiada.

Ketika Muhlas hendak mencuci tangannya, saya meminta Muhlas untuk melanjutkan ceritanya. 

Maaf, Pak. Obrolannya masih dilanjut, Nggih”. Pinta saya.

Setelah mencuci tangannya di wastafel yang ada di depan ruang kelas, Muhlas kembali duduk untuk melanjutkan ceritanya. 

Di sini saya tidak hanya ngajar ngaji, mas. Tapi juga ngajar kesenian” ujar Muhlas.

Kesenian yang saya ajarkan itu Angklung Banyumasan, hal tersebut saya lakukan karena dulu masih ada pertunjukan kesenian yang menampilkan aktivitas kesurupan, tentu saja daripada saya melarang mereka untuk kesurupan, lebih baik saya buatkan wadah agar mereka dapat berkesenian tanpa perlu kesurupan.” Lanjutnya.

Spirit Ahmad Dahlan semakin terasa ketika Muhlas bercerita bahwa dirinya menggunakan kesenian sebagai media dakwah. KH Ahmad Dahlan sendiri juga mengajarkan seni musik, melukis dan sebagainya, apalagi Kiai Dahlan juga piawai dalam memainkan biola, sehingga tidak berlebihan jika Ahmad Dahlan disebut sebagai seniman.

Ketika saya bertanya, apa yang membuat Muhlas merasa bahagia dan ikhlas menjalankan segala hal untuk pergerakan di persyarikatan. Dirinya menjawab bahwa hal yang membuatnya bahagia adalah ketika mengetahui seseorang yang dulunya menjadi muridnya, sekarang orang yang pernah dididiknya sudah bisa nyari uang sendiri.

“Salah satu hal yang membuat saya bahagia itu ya kalau saya bisa melihat orang yang dulunya jadi murid saya, sekarang dia sudah bisa nyari uang sendiri.” Ujarnya.

Muhlas adalah sosok kader yang memiliki semangat tinggi untuk membangun peradaban khususnya di dusun Benda desa Lebakwangi. Dari cerita yang saya dengar, membuat saya semakin yakin bahwa Muhlas merupakan kader multitalenta yang menggunakan segenap kemampuannya untuk tetap berdakwah serta berbakti kepada persyarikatan.

Saat Muhlas dituntut untuk memiliki ijazah S1, dirinya harus berjalan kaki sejauh 8,7 Km melewati jalan menanjak dan berkelok untuk menempuh perkuliahan kelas jauh. Dirinya juga merasa heran jika mengetahui ada anak tidak mau sekolah gara-gara tidak memiliki sepeda motor. 

Makanya saya heran kalau ada anak muda nggak mau sekolah gara-gara nggak punya motor,” Timpal Muhlas.

Di akhir obrolan, Muhlas mohon izin karena sebentar lagi anak didiknya akan menampilkan kesenian angklung Banyumasan. Sayup-sayup suara instrumen angklung banyumas beradu rancak dengan suara dari instrumen lain seperti tamborine dan cymbal, sesekali Muhlas tampak membenarkan posisi mic agar suara angklung menjadi lebih jelas.

Setelah semua persiapan selesai, telinga saya mencuri dengar alunan nada yang tidak asing bagi saya. Lamat-lamat Mars Sang Surya terdengar begitu indah mangalun dari instrumen tersebut, seakan memberikan pertanda bahwa aktivitas dakwah di dusun Benda tidak akan pernah berhenti untuk menggugah kaum muslimin, baik melalui pengajian, pendidikan dan seni budaya.

Kini MIMUNDA telah memiliki siswa berjumlah 63 Siswa. Tidak hanya itu, Amal Usaha yang terletak  9 Km dari pusat kota Banjarnegara tersebut juga telah menorehkan beragam prestasi, terbukti dengan berjejernya piala yang ada di ruang guru, bahkan salah satu siswa di MIMUNDA juga pernah meraih medali perak di ajang Olimpiade Nasional Mata Pelajaran Matematika. Di sisi lain, MIMUNDA berani menjamin bahwa setelah lulus nanti, siswa-siswinya akan hafal minimal Juz 30.

Muhlas menjadi salah satu kader persyarikatan yang membuktikan bahwa perjuangan dakwah tidak akan pernah menjadi sia-sia. Jejak langkah dalam semangat dakwahnya telah menjadi prasasti dalam bentuk madrasah yang berprestasi.

Share the Post:
Related Posts