Karya: M. Abdurrasyid
Sehari yang lalu kupenuhi panggilan itu
Melalui seutas pesan maya dari almukarom sang guru
Bunga-bunga harapan tumbuh mekar di sanubari
Menemani kebuncahan gairah sontak memenuhi kalbu
Inikah panggilan yang bernuansa ilahi
Mengajakku menusuri jejak berliku pantang untuk ragu
Entah dimana ujungnya aku tak pernah tahu
Tapi sekali layar terbentang kan kuarungi samudra imajinasi yang penuh riak dan ombak kelak kan menghadang
Sebelum kudengar desir angin di pantai imaji
Terlebih dulu kunaiki gerbong yang dipenuhi bintang-bintang dari berbagai kalangan
Ada yang menyemai kerinduan lewat mimbar ke mimbar
Ada yang menaruh harap lewat ucap pada anak-anak yang dititipkan kepadanya
Adapula mereka yang masih gamang karena belum terpoles sempurna
Bintang-bintang itu adalah sumber resonansi saat layarku berkibar
Tak akan goyah meski mungkin ia lusuh terbakar
Menyeberangi pulau-pulau dimana jiwa bisa saja terasing
Atau mencapai benua kegelimangan yang melodinya kian kencang berdenting
Setumpuk harap melebihi muatan kapal yang kutumpangi
Menyisakan ruang sempit keluh kesah yang mesti ku padatkan
Memastikan api tidak mudah padam dihantam ganasnya gelombang badai
Menjaga jiwa tetap hangat dalam beribu gempuran
Melewati medan nan tak terpernah terbayangkan
Semilir angin yang membuat nyiur melambai
Mengingatkanku pada ayahanda, dan guru kehidupanku yang mereka sudah tiada
Senyuman dan nasehat terbaik mereka dulu kerap aku acuhkan
Tapi kini terasa dekat menyelimuti kalbu di saat hujan turun di dekat dermaga
Kepada siapa lagi aku menyandar
Selain pijar dari Rabb yang Maha Besar
Beserta sonar bintang-bintang yang berbinar
Aku yang merasa terpanggil
Hadir dengan ketulusan tanpa batas harapan
Di mana godaan pasti juga bertubi tubi jauh lebih kerap memanggil
Namun jejak ini sudah mantap kutapaki
Bersama perasan peluh dan otak yang kuramu dan siap dihidangkan
Hingga ruh dan jiwaku benar-benar terpanggil
Meninggalkan pesan kesadaran, itulah mengapa aku dilahirkan.
MARs, Banjarnegara 7 April 2025