Fadhilah Infak: Melipatgandakan Harta dan Menghapus Dosa

keutamaan infak

Ditulis oleh Majelis Tabligh

24 October 2025

Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti membelanjakan atau mengeluarkan harta. Dalam terminologi syariat, infak adalah mengeluarkan atau membelanjakan sebagian harta yang dimiliki untuk kepentingan yang diperintahkan dalam Islam, baik yang bersifat wajib (seperti zakat dan nafkah) maupun yang bersifat sunah (seperti sedekah).

Infak merupakan salah satu pilar utama dalam membangun keadilan sosial dan solidaritas umat. Perintah berinfak selalu diiringi dengan janji-janji Allah SWT berupa pahala yang berlipat ganda. Infak bukan sekadar praktik spiritual, melainkan sebuah investasi cerdas yang nilainya akan terus tumbuh, menembus batas ruang dan waktu.

Allah SWT menjamin bahwa setiap harta yang diinfakkan di jalan-Nya tidak akan sia-sia, bahkan akan diganti dengan balasan yang jauh lebih baik. Beberapa ayat Al-Qur’an secara tegas menjelaskan keutamaan infak. Diantaranya firman Allah SWT dalam al qur`an surat al Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah meli2patgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261)

Ayat ini menjanjikan kelipatan pahala minimum 700 kali lipat. Ini adalah motivasi tertinggi agar seorang Muslim tidak ragu mengeluarkan harta terbaiknya. Tafsīr Ibnu Katsīr menjelaskan bahwa kelipatan pahala ini diberikan sesuai keikhlasan, kesucian niat, dan kebaikan nafkah yang diinfakkan.

Pada surat yang lain, Allah SWT juga berfirman:

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Artinya: “Katakanlah, ‘Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.’ Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya. Dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba’ [34]: 39)

Syaikh Ibnu Asyur (ulama tafsir kontemporer) menjelaskan bahwa penggantian yang dijanjikan Allah bukan hanya berupa materi di dunia, tetapi juga berupa kebaikan yang lebih agung dan banyak di akhirat. Janji penggantian ini menegaskan bahwa infak tidak akan membuat seseorang jatuh miskin, justru membuka pintu rezeki.

Selain janji dalam Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan praktis dan keutamaan infak yang luar biasa. Rasulallah SAW bersabda:

وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

Artinya: “Sedekah (termasuk infak) itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, No. 2616, di-shahih-kan oleh Al-Albani)

Dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda:

إِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ

Artinya: “Sesungguhnya sedekah yang tersembunyi itu memadamkan murka Tuhan.” (HR. Thabrani, di-hasan-kan oleh Al-Albani).

Lebih lanjut Rasulallah SAW bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Artinya: “Tidaklah para hamba berada di suatu pagi melainkan ada dua malaikat yang turun. Salah satunya berdoa, ‘Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak.’ Dan yang lainnya berdoa, ‘Ya Allah, berilah kehancuran bagi orang yang menahan (hartanya/kikir).'” (HR. Bukhari, No. 1442 dan Muslim, No. 1010)

Infak, meskipun secara nominal mengurangi saldo, hakikatnya tidak mengurangi harta karena Allah memberkahinya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

Artinya: “Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim, No. 2588)

Imam An-Nawawi (ulama besar Mazhab Syafi’i) dalam syarahnya atas hadis ini menjelaskan bahwa harta yang dikeluarkan untuk sedekah akan diberkahi dan dilipatgandakan oleh Allah. Kekurangan nominalnya akan ditutup dengan keberkahan, menghilangkan bahaya, dan jaminan pahala yang berlipat ganda.

Para ulama dan pakar Islam selalu menempatkan infak sebagai salah satu instrumen terpenting dalam ekonomi syariah dan keadilan sosial. Misalnya, Imam Al-Ghazali (Hujjatul Islam), menekankan pentingnya keikhlasan dalam berinfak. Menurutnya, infak baru akan sempurna fadhilahnya jika disertai dengan niat yang murni karena Allah. Harta yang diinfakkan haruslah halal dan dikeluarkan dengan hati yang lapang, tanpa mengungkit-ungkit atau menyakiti perasaan penerima.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (Ulama Kontemporer) menjelaskan bahwa infak adalah bukti keimanan seseorang. Ketika seorang hamba yakin penuh bahwa Allah adalah Ar-Razzāq (Pemberi Rezeki), maka ia akan ringan tangan untuk berinfak. Infak sejati bukan hanya pada jumlahnya, tetapi pada ketulusan hati saat mengeluarkannya. Infak yang dilakukan secara tersembunyi (sirr) lebih utama karena menunjukkan keikhlasan yang lebih besar, sebagaimana hadis tentang pemadaman murka Tuhan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa fadhilah infak adalah janji pasti dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Ia adalah amalan yang membawa berkah dan melipatgandakan rezeki di dunia. Menghapus dosa dan memadamkan murka Ilahi serta menjadi payung pelindung di Hari Kiamat.

Allah SWT mengingatkan agar kita tidak menunda infak hingga ajal menjemput. “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?'” (QS. Al-3Munāfiqūn [63]: 10)

Untuk itu, mari jadikan infak sebagai bagian tak terpisahkan dari gaya hidup kita. Infakkanlah apa yang kita cintai, karena janji Allah pasti benar: setiap infak akan diganti, dan setiap kebaikan akan dilipatgandakan.

 

Kontributor: Tri Wuryanto Susanto, S.P. (Sekretaris PRM Gumiwang dan Mahasiswa Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah di Banjarnegara)

Editor: Dhimas

Mungkin Anda Suka

Semakin Tua Semakin Bijak

Semakin Tua Semakin Bijak

Usia tua, atau masa senja, sering kali digambarkan secara paradoks: di satu sisi adalah fase penurunan fisik, namun di...