DPD IMM Jawa Tengah Sukses Gelar Webinar ‘Safe Space Circle’ Ajak Kader IMM Ciptakan Ruang Aman di Organisasi

Ditulis oleh IMM Banjarnegara

21 October 2025

SEMARANG, 17 Oktober 2025 – Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Jawa Tengah sukses menyelenggarakan webinar dengan tema “Safe Space Circle: Meningkatkan kesehatan mental melalui ruang aman di lingkungan organisasi” pada hari Jumat, 17 Oktober 2025, melalui platform Zoom. Kegiatan yang diinisiasi oleh Bidang Kesehatan DPD IMM Jawa Tengah ini bertujuan memberikan pengetahuan epistemologi tentang pentingnya kesehatan mental, menjadi wadah bagi siapapun yang memiliki perasaan berkecamuk , dan akan sangat bermanfaat bagi seorang aktivis yang hidup dalam dunia yang bergerak cepat (fast moving).

Sehat Mental sebagai Fondasi Organisasi

Ketua Umum DPD IMM Jawa Tengah Nia Nur Pratiwi, dalam sambutannya menekankan pentingnya stabilitas mental sebagai fondasi berorganisasi. “IMM Jawa Tengah memberikan satu bentuk pengetahuan secara epistemologi bahwa ternyata di organisasi harus sehat secara mental dulu sebelum melakukan banyak hal”, ujarnya. Ia juga berharap kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan dan solusi bahwa ternyata dalam organisasi kita harus sehat secara mental sebelum melakukan banyak hal, mengingat banyak aktivis atau organisatoris yang masih mengalami tantangan baik secara personal ataupun komunal.

Nia Nur Pratiwi menyampaikan pesan bahwa sebelum bertanggung jawab terhadap organisasi, setiap individu harus bertanggung jawab pada diri sendiri. “Sebagai seorang aktivis, penting untuk menyelesaikan masalah pribadi terlebih dahulu sebelum menyelesaikan urusan organisatoris”. Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar sebagai fondasi kesejahteraan mental “Bahwa kita sebagai manusia harus terpenuhi secara kebutuhan, secara teori Abraham Maslow menyampaikan 5 kebutuhan manusia (hierarki of needs)”. Dalam praktiknya, Sebelum menjadi bermanfaat harus tercukupi kebutuhan fisiologi (sandang pangan papan). Kebutuhan keamanan dan kebutuhan rasa cinta (cinta kepada keluarga, teman) harus terpenuhi. Selain itu, kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri juga menjadi penunjang untuk menuju individu yang mapan secara internal. Jika kebutuhan dasar ini tidak stabil, organisasi akan timpang. Ia juga menambahkan bahwa personality yang melatarbelakangi orang-orang dalam organisasi penting untuk ditinjau guna mengevaluasi jalannya organisasi.

Membangun Kebahagiaan Sejati (Eudaimonia) dan Mengelola Stres

Sesi materi pertama diisi oleh Wilda Kumala Sari, M. Psi., Psikolog, seorang aktivis IMM yang juga menjabat sebagai Ketua Korps IMMawati DPP IMM dan Founder platform Ruang Gembira Belajar. Wilda memaparkan tentang konsep kebahagiaan sejati (eudaimonia), yang ditegaskan bukan sekadar kesenangan. Ia menjelaskan lima elemen kunci untuk kesejahteraan mental yang mencakup:

Emosi positif, yaitu kemampuan meregulasi emosi, melakukan aktivitas yang disukai, dan tidak langsung reaktif terhadap hal-hal yang memicu emosi negatif.

Engagement (Keterlibatan), di mana individu mampu mindful dengan aktivitas yang dilakukan agar bisa mengeksplorasi.

Relasi, yaitu berelasi dengan baik terhadap teman dan orang sekitar.

Makna, yang berarti membangun kebermaknaan pada diri sendiri, sesama, dan organisasi.

Accomplishment, yakni rasa pencapaian sebagai sumber motivasi.

Wilda juga menjelaskan pentingnya mengidentifikasi stres, yaitu dengan mengidentifikasi pemikiran diri sendiri dan emosi yang dirasakan. Ia menegaskan bahwa bahkan situasi yang netral sekalipun bisa memicu stres ketika emosi negatif tidak dikelola dengan tepat. Namun, stres tidak sepenuhnya buruk karena ada eustress dan distress.

Support Group untuk Menciptakan Safe Space

Sesi selanjutnya disampaikan oleh Rizqi Ulin Nuha, S.Psi., yang merupakan Sekretaris Bidang Kesehatan DPD IMM Jawa Tengah sekaligus Founder Komunitas Kesehatan Mental Sahabat Karsa. Ulin menyampaikan bahwa organisasi dibentuk dan menjadi tempat untuk belajar bertumbuh. Untuk mewujudkan tema webinar, Ulin menekankan bahwa organisasi harus mendukung kesehatan mental dan emosional anggotanya , dan support group penting untuk mengatasi stigma yang ada dalam organisasi.

Ulin mendefinisikan support group sebagai lingkungan fisik atau psikologis di mana setiap individu merasa diterima, dihormati, didukung, dan bebas dari ancaman, diskriminasi, penghakiman, atau kekerasan , yang pada akhirnya menciptakan suasana yang inklusif dan adaptif. Untuk menciptakan safe space (ruang aman) ini, langkah awal dapat dimulai dari diri sendiri , yaitu dengan menjadi pendengar yang baik (safe listener), menghormati kerahasiaan , dan yang terpenting, menggunakan bahasa yang inklusif serta tidak menghakimi.

Ulin menekankan urgensi adanya ruang aman di lingkungan organisasi. Kehadiran safe space sangat penting karena dapat mendukung kesehatan mental dan emosional anggota. Hal ini juga terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas. Selain itu, ruang aman berfungsi krusial dalam membangun budaya organisasi yang inklusif. Dengan terciptanya suasana yang suportif, komunikasi dan kolaborasi di antara anggota juga akan meningkat. Ulin menegaskan, membentuk support group di organisasi adalah salah satu alternatif yang paling efektif untuk memberikan ruang aman.

Diskusi Kesehatan Mental di Lingkungan Organisasi

Sesi tanya jawab pada webinar ini menghadirkan diskusi yang mendalam dari para peserta. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh Zalfa Lilatul menyoroti tantangan implementasi konsep kesejahteraan psikologis dalam organisasi di Indonesia. Merujuk pada teori Positive Psychology Martin Seligman mengenai engagement dan meaning sebagai komponen kebahagiaan, ia mempertanyakan sejauh mana organisasi di Indonesia mampu membangun ekosistem kerja yang mendukung emotional literacy dan collective empathy sebagai fondasi safe space. Lebih lanjut, ia menanyakan apakah budaya hierarkis yang masih kuat di banyak institusi justru menjadi penghalang (barrier of openness) bagi karyawan untuk mengekspresikan kerentanan psikologisnya.

Menanggapi hal ini, Wilda Kumala Sari menjelaskan bahwa dalam konteks Positive Psychology, engagement dan meaning adalah kunci eudaimonia. Namun, ia membenarkan bahwa budaya hierarkis di Indonesia memang masih menjadi tantangan serius. Hierarki sering kali menciptakan penghalang karena individu takut dinilai, dianggap tidak profesional, atau bahkan dikeluarkan, jika mengekspresikan kerentanan psikologisnya. Oleh karena itu, membangun emotional literacy dan collective empathy harus dimulai dari level kepemimpinan. Pemimpin harus menunjukkan kerentanan mereka (vulnerability) dan menciptakan lingkungan yang bebas dari penghakiman (no judging). Hanya ketika rasa aman psikologis ini tercipta, barulah collective empathy dapat tumbuh dan safe space benar-benar terwujud.

Diskusi berlanjut ke pertanyaan dari Resvy Andrian, yang membagikan pengalaman pribadinya mengenai tekanan dari teman-teman yang bersifat pemaksaan dalam kegiatan organisasi, yang menyebabkan ia merasa tertekan dan mentalnya hampir down. Ia meminta saran mengenai cara menghadapi dan “membungkam” tekanan tersebut. Ulin, selaku narasumber kedua, menjelaskan bahwa pengalaman ini sangat nyata terjadi di lingkungan organisasi. Ia mengingatkan kembali bahwa organisasi adalah tempat dibentuk dan belajar untuk bertumbuh, bukan tempat untuk dipaksa. Solusi kuncinya adalah setiap individu harus bertanggung jawab pada diri sendiri dan mengelola tekanan tersebut dengan menerapkan batasan (boundaries). Ulin menegaskan pentingnya berani mengatakan ‘Tidak’ pada hal yang melanggar batasan diri dan mengganggu kesehatan mental. Ia juga menambahkan, jika tekanan datang dari lingkungan kelompok, itu adalah indikasi bahwa support group di lingkungan tersebut tidak sehat. Oleh karena itu, ia menyarankan untuk mencari support group yang membuat individu merasa diterima, dihormati, dan bebas dari penghakiman. IMM Jawa Tengah sendiri, sebagai komitmen, akan berupaya membuat program support group untuk membantu kader menghadapi situasi seperti ini.

Ajakan dan Komitmen IMM Jawa Tengah

Pada kegiatan ini, Ulin yang juga sebagai sekretaris bidang kesehatan DPD IMM Jawa Tengah Menutup kegiatan webinar ini dengan mengajak seluruh kader untuk bersama-sama memberikan ruang aman (safe space) di lingkungan organisasi. Diharapkan dengan adanya safe space, para aktivis bisa selesai secara diri sendiri dan dapat tumbuh dalam dinamika organisasi. Sebagai tindak lanjut, DPD IMM Jawa Tengah akan coba membuka akses ruang aman dengan membuat program support group di lingkungan IMM. Langkah ini merupakan komitmen konkret untuk menjawab kebutuhan kesehatan mental dan emosional kader IMM Jawa Tengah.

Kontributor: DPD IMM Jateng

Editor: Dhimas

Mungkin Anda Suka