Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang bukan hanya mendidik santri dalam bidang ilmu agama, tetapi juga mengutamakan pendidikan akhlak, kedisiplinan, dan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu budaya yang sering terlihat di lingkungan pesantren adalah budaya mengantre. Meskipun tampak sederhana, budaya ini memiliki nilai pendidikan yang tinggi dan memberikan manfaat bagi pembentukan karakter santri.
Mengantre bisa dilakukan dengan berdiri atau duduk dalam barisan dengan tertib sambil menunggu giliran. Budaya ini bisa kita lihat dalam berbagai aktivitas santri di asrama, seperti saat santri antre ambil makan, mandi, mencuci baju, membeli kebutuhan di kios pesantren, jajan di kantin, menunggu giliran telfon orang tua dan lainnya.
Budaya Mengantre dalam Perspektif Pesantren
Di pesantren, jumlah santri yang banyak dengan fasilitas yang terbatas membuat antrean menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Namun, di balik itu terdapat hikmah yang besar. Mengantre menjadi bagian dari pendidikan karakter yang tidak tertulis, tetapi dipraktikkan setiap hari. santri dilatih untuk sabar, tertib, dan saling menghargai hak orang lain.
Seorang santri yang terbiasa mengantre akan terlatih menahan diri dari sifat tergesa-gesa, egois, atau ingin menang sendiri. Dengan demikian, budaya mengantre bukan sekadar aktivitas menunggu giliran, tetapi juga bagian dari tarbiyah (pendidikan) untuk menumbuhkan akhlak mulia dalam diri seorang santri.
Manfaat dari Budaya Mengantre
Banyak sekali manfaat yang didapat oleh santri saat mengantre di pesantren, diantaranya :
Pertama, dengan mengantre, santri jadi belajar bersabar saat menunggu giliran. Kesabaran ini InsyaAllah akan terbawa dalam kehidupan sehari-hari, baik saat santri belajar di sekolah maupun berinteraksi dengan temannya.
Kedua, mengantre melatih santri untuk lebih tertib dan disiplin. santri sudah terbiasa mengikuti aturan yang berlaku di pesantren dengan baik, dan dia tidak menyerobot atau mengambil hak orang lain, santri menghormati tata cara yang sudah disepakati. Displin inilah yang akan menentukan kesuksesan santri di masa depan, dan disiplin menjadi ruhnya santri di pesantren.
Ketiga, dengan mengantre, santri belajar bahwa setiap orang memiliki hak yang sama. Tidak memandang tua atau muda, besar atau kecil, kaya atau miskin. Tidak ada yang boleh didahulukan kecuali dengan izin atau keadaan tertentu. Sikap ini mendidik santri untuk menghormati hak sesama manusia dan tidak mendzolimi orang lain.
Keempat, mengantre akan melatih santri untuk berbuat jujur dan amanah. Santri yang mengantre dengan tertib berarti dia telah menjaga amanah yaitu dengan menaati peraturan yang berlaku. Mereka jujur dalam sikap, tidak berpura-pura untuk mendahului orang lain dengan alasan yang dibuat-buat.
Kelima, megantri akan membentuk jiwa sosial santri. Saat mengantre sambil menunggu giliran, santri bisa memanfaatkan waktu dengan saling berinteraksi, bercanda, atau saling berbagi cerita dengan temannya. Dari momen inilah akan terbangun rasa kebersamaan, solidaritas, dan ukhuwah Islamiyah yang kuat.
Keenam, dengan mengantre, santri akan ditempa untuk menjadi pribadi yang tidak egois. Semua mendapat giliran yang sama tanpa harus berebut. Inilah latihan kecil yang membentuk pribadi rendah hati dan tidak tamak.
Relevansi dengan Kehidupan di Masyarakat
Budaya mengantre yang dibiasakan di pesantren akan terbawa ketika santri kembali ke masyarakat. Mislanya : dalam berkendara, santri akan lebih tertib di jalan raya, kemudian saat di tempat tertentu yang harus menunggu pelayanan, maka santri akan bersabar, tidak mudah marah apalagi berbuat anarkis hanya karena menunggu antrian. Dengan demikian, budaya antre di pesantren diharapkan dapat berkontribusi dalam upaya mencetak generasi yang berakhlak mulia dan siap menjadi teladan di tengah masyarakat.
Kesimpulan
Budaya mengantre di pesantren bukan sekadar kebiasaan teknis, melainkan bagian dari pendidikan akhlak dan karakter. Dari mengantre, santri belajar kesabaran, kedisiplinan, menghargai orang lain, dan mengendalikan diri. Semua nilai ini sangat penting untuk membentuk pribadi santri yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat.
Oleh karena itu, budaya mengantre hendaknya terus dijaga dan ditanamkan sebagai bagian dari tradisi pesantren yang mendidik jiwa, bukan sekadar transfer ilmu, tetapi juga menjadikan santri menjadi generasi yang berkarakter dan berakhlak.
Oleh : Rizqi Mubarok, S.H (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah Kelas Banjarnegara, dan Mudir MBS Kalibening)
Editor: Dhimas