Jika seorang ayah adalah pemimpin dan nakhoda kapal rumah tangga, seorang ibu adalah pelabuhan dan madrasah pertama yang menentukan arah spiritual dan moral anak-anak. Islam menempatkan seorang ibu pada kedudukan yang amat mulia, di mana pengorbanan dan peranannya dalam mendidik anak diangkat menjadi ibadah tertinggi. Keutamaan ini bukan hanya diberikan karena peran biologisnya, melainkan karena tugasnya yang tak tergantikan dalam membentuk karakter dan menanamkan benih keimanan (iman) dalam jiwa generasi penerus.
Menguatkan keimanan seorang Muslim seringkali dimulai dari kekuatan iman yang dicerminkan dan diajarkan oleh ibunya. Seluruh kerja keras, kesabaran, dan kasih sayang seorang ibu adalah amalan istimewa yang menjadi jalan pintas menuju keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Keutamaan ibu ditekankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui sebuah dialog yang masyhur, yang menetapkan bahwa hak berbakti kepada ibu adalah yang paling besar, bahkan melebihi ayah. Sabda-Nya:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبُوكَ
Artinya: “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, siapakah di antara manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab, ‘Ayahmu.'” (HR. Bukhori Muslim).
Pengulangan penyebutan ibu hingga tiga kali menekankan betapa besar jasa dan pengorbanan seorang ibu dalam fase-fase terpenting kehidupan anak (mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat). Berbakti (ihsan) kepada ibu adalah barometer keimanan yang paling jelas.
Keutamaan ibu tidak berhenti pada haknya untuk dihormati, melainkan terletak pada tugasnya sebagai pendidik fundamental yaitu:
Madrasah Pertama
Ibu adalah yang pertama kali mengajarkan anak tentang Tauhid (Keesaan Allah) melalui lantunan dzikir, doa, dan cerita-cerita tentang para nabi. Suara ibu yang pertama kali didengar anak-anak seringkali adalah kalimat syahadat atau ayat suci Al-Qur’an. Penanaman nilai-nilai keimanan yang dilakukan ibu saat anak masih kecil (golden age) adalah investasi abadi.
Allah SWT berfirman dalam al qur`an surat Lukman ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Ayat ini berbicara tentang Luqman (ayah), namun disisipkan pula tentang perjuangan ibu sebagai dasar bakti anak, menunjukkan keterkaitan kuat antara pengorbanan ibu dan dasar keimanan.
Sumber Kesabaran
Tugas mengurus rumah tangga, merawat, dan mendidik anak menuntut tingkat kesabaran yang luar biasa. Setiap lelah, setiap tangisan yang diredakan, dan setiap sakit yang ditanggung ibu dalam kesabaran adalah bukti nyata dari keimanan yang kuat. Kesabaran (shabr) adalah separuh dari keimanan, dan ibu adalah manifestasi terbaik dari sifat ini.
Do`a Ibu Mustajab
Doa seorang ibu memiliki kedudukan yang sangat istimewa di sisi Allah. Kekuatan doa ibu menjadi “senjata” spiritual terkuat bagi keberhasilan dan keselamatan anak di dunia maupun akhirat. Nabi SAW bersabda:
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
Artinya: “Tiga doa yang mustajab (dikabulkan) yang tidak diragukan lagi: doa orang yang terzalimi, doa musafir, dan doa orang tua terhadap anaknya.” (HR. Tirmidzi).
Meskipun lafaz hadis menyebutkan “orang tua (al-Walid)”, keutamaan ini secara umum mencakup ibu, bahkan sering kali doa ibu diyakini memiliki kekuatan lebih besar karena besarnya pengorbanan. Keutamaan ini menuntut ibu untuk selalu menjaga lisannya agar senantiasa mendoakan kebaikan bagi anak-anaknya.
Pernyataan yang paling menguatkan kedudukan seorang ibu adalah pepatah agung yang menjadi motivasi bagi seluruh umat Islam. Sabda Nabi SAW:
الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ
Artinya: “Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.” (HR. An Nasa`i).
Hadis ini secara figuratif menjelaskan bahwa jalan termudah menuju surga adalah dengan berbakti dan merendahkan diri kepada ibu, melayani kebutuhannya, dan memastikan keridhaannya. Keridhaan ibu adalah cerminan dari keridhaan Allah. Mencari keridhaan ibu adalah bentuk tertinggi dari penguatan keimanan, karena ia menjadi penentu keselamatan abadi.
Merujuk pada penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa keutamaan seorang ibu adalah anugerah terbesar bagi umat. Peranannya sebagai pendidik akidah, pelatih kesabaran, dan sumber kasih sayang tak terhingga, menjadikannya pilar utama penguat keimanan di setiap generasi.
Bagi para ibu, sadarilah betapa mulianya tugas domestik Anda; setiap usaha mendidik anak dengan nilai-nilai Islam adalah investasi akhirat. Bagi setiap Muslim, jadikanlah berbakti kepada ibu sebagai prioritas utama dan jalan tercepat untuk mencapai keridhaan Ilahi. Dengan memuliakan ibu, kita memuliakan ajaran agama, dan mengokohkan keimanan kita sendiri.
Oleh: Mu`abas (Anggota MT PCM Sigaluh dan Mahasiswa Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah di Banjarnegara)
Editor: Dhimas