Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

 Hilangnya Adab Siswa kepada Guru di Sekolah: Fenomena, Dampak, dan Solusi

Sekolah merupakan tempat utama pembentukan karakter, bukan hanya sekadar transfer ilmu pengetahuan. Guru sebagai pendidik sangat berpengaruh pada proses membimbing, mendidik, dan memberi teladan kepada siswa saat di dalam kelas, maupun di luar kelas. Namun, realita yang kita hadapi saat ini menunjukkan adanya fenomena yang memprihatinkan, yaitu semakin hilangnya adab siswa kepada guru. Kondisi ini bukan hanya mengganggu proses belajar-mengajar, tetapi juga menjadi tanda kemunduran moral di tengah masyarakat.

Dalam tradisi pendidikan Islam maupun pendidikan umum, guru selalu dipandang dan ditempatkan pada posisi yang mulia. Bahkan Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا

“Sesungguhnya aku diutus hanyalah sebagai seorang pendidik (guru).” (HR. Ibnu Majah).

Hadis ini menegaskan bahwa tugas dan profesi guru bukan sekedar pekerjaan biasa, melainkan sebuah amanah yang sangat mulia. Karena itu, hilangnya rasa hormat siswa kepada guru merupakan permasalahan serius yang harus segera ditangani dan dicarikan solusi.

Berikut fenomena dan contoh kasus hilangnya adab siswa kepada guru yang sering kita temui di sekolah, antara lain :

Pertama, Kurangnya rasa hormat siswa dalam berbicara.

Di sekolah kita sering menjumpai siswa berbicara dengan nada tinggi di depan gurunya, bahkan menyanggah guru tanpa sopan santun sedikitpun. Kasus ini terjadi saat guru menegur karena siswa tidak mengerjakan tugas, siswa menjawab dengan nada menantang, dengan berkata: “Ah, gurunya cerewet!”

Kedua, mengabaikan perintah dan nasehat dari guru

Terdapat siswa yang ketika diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal, malah pura-pura sibuk dengan ponsel atau menghindar. Kasus lain, saat siswa diberi nasehat oleh guru, respon siswa cenderung tidak memperhatikan, bahkan meremehkan. Misalnya saat telat masuk sekolah, diberi nasehat supaya besok lebih tertib dengan tidak terlambat lagi.

Ketiga, mencaci atau merendahkan guru di media sosial

Kemajuan teknologi yang begitu pesat, sehingga berita apapun mudah diakses dan diketahui. Tidak sedikit kasus di mana siswa menuliskan kalimat kasar atau ejekan kepada guru di akun media sosial mereka, yang bisa dilihat banyak orang, ini menjadi masalah yang serius, karena dapat menjatuhkan wibawa guru tersebut, dan mencoreng nama baik sekolah.

Keempat, kasus kekerasan siswa terhadap guru.

Di beberapa daerah, pernah terjadi kasus siswa yang berani melakukan kekerasan fisik terhadap gurunya hanya karena merasa tidak terima ketika ditegur, ada juga siswa yang menantang gurunya berkelahi hanya karena ingin dilihat jagoan di kelasnya.  Kasus seperti ini menunjukkan degradasi moral yang sangat parah.

Rusaknya adab siswa terhadap guru tidak muncul begitu saja, ada beberapa faktor yang menyebabkan adab siswa kepada gurunya jadi rusak dan hilang di antaranya:

Pengaruh lingkungan dan media sosial yang sering mempertontonkan perilaku kasar, sehingga ditiru oleh siswa, kurangnya pendidikan karakter dari rumah. Orang tua belum bisa menjadi contoh yang baik bagi anak anaknya, setelah anak masuk sekolah, orang tua  menyerahkan sepenuhnya pendidikan kepada sekolah tanpa ikut mengontrolnya, ironisnya tanpa menanamkan rasa hormat kepada guru sejak dini.

Selanjutnya perubahan zaman yang serba instan, membuat sebagian siswa kurang menghargai proses belajar. Siswa malas menulis, membaca, apalagi menghafal pelajaran, cenderung merasa sudah bisa dan menguasai. Kemudian krisis teladan,  baik di lingkungan keluarga, di sekolah masih terdapat guru yang tidak pantas dicontoh, maupun di masyarakat, yang menyebabkan siswa kehilangan figur yang patut dihormati.

Jika hilangnya adab siswa kepada guru terus dibiarkan, maka dampaknya akan sangat merugikan, baik bagi siswa maupun dunia pendidikan antara lain : terhambatnya proses belajar, rusaknya hubungan emosional, dan kemunduran moral bangsa.

Solusi Untuk mengatasi masalah ini adalah  dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, baik sekolah, orang tua, maupun masyarakat. Beberapa solusi yang bisa dilakukan adalah:

Pertama, penanaman pendidikan adab sejak dini.

Ini dilakukan oleh kedua orang tua di dalam rumah. Jangan memperlihatkan masalah rumah tangga di depan anaknya, apalagi bertengkar suami istri di depan anaknya. Seorang ibu menghormati ayahnya, tidak berbicara keras, apalagi sampai membentaknya, seorang ayah Ketika minta tolong ibu dengan cara yang baik, dengan kalimat yang baik. Jika hal ini dilakukan, maka anak dengan sendirinya mendapatkan Pendidikan adab yang baik dan tertanam didalam hati dan fikirannya.

Kedua, penguatan pendidikan karakter di sekolah.

Bagian kurikulum hendaknya tidak hanya fokus pada pengetahuan, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai akhlak. Misal : mengadakan sholat sunnah duha berjamaah, mementingkan waktu sholat wajib ketika di sekolah, mengadakan kajian rohani siswa, sehingga karakter siswa akan terbentuk dengan baik.

Ketiga, keteladanan dari Guru.

Guru juga perlu menjadi sosok yang dicintai, dihormati, dan bisa dijadikan panutan oleh siswa. Dicintai siswa bukan dengan membiarkan siswa yang berbuat pelanggaran. Guru terkadang bisa jadi teman, bisa jadi orang tua yang bijak bagi siswa.

Keempat, kolaborasi dan kerja sama sekolah dan orang tua.

Dibutuhkan Komunikasi intensif dan terus terjalin, agar jika ada permasalahan sikap atau pelanggaran siswa, segera bisa ditangani bersama. Tidak ada salah paham, apalagi mencari solusi sendiri sendiri.

Kelima, pemanfaatan teknologi secara bijak.

Sekolah perlu mengawasi penggunaan HP di lingkungan belajar agar tidak digunakan untuk merendahkan guru atau mencemarkan nama baik sekolah, ini akan merugikan semuanya.

Keenam, memberikan sanksi atau hukuman  yang mendidik.

Siswa yang melanggar norma adab perlu diberikan sanksi edukatif, bukan semata hukuman fisik, hal ini bertujuan  agar siswa belajar bertanggung jawab.

Kesimpulan

Hilangnya adab siswa kepada guru merupakan tantangan besar dalam dunia pendidikan. Guru bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga berusaha membentuk karakter yang baik bagi siswa. Tanpa adab, ilmu yang dipelajari tidak akan berkah.

Dengan kerja sama semua pihak, orang tua, guru, sekolah, dan masyarakat, diharapkan fenomena ini dapat diminimalisir, sehingga lahir generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga beradab dan bermoral tinggi.

 

Kontributor : Rizqi Mubarok, S.H (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah Kelas Banjarnegara dan Mudir MBS Kalibening)

Editor: Dhimas

Share the Post:
Related Posts