Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.8, Banjarnegara, Jawa Tengah 53418

Shalat Rawatib Sebagai Penyempurna Shalat Fardhu

Salah satu upaya seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan terus menjaga dan memperbaiki ibadah mahdhoh terutama dalam ranah ibadah yang wajib hingga mencapai kesempurnaannya. Namun untuk mencapai level tersebut tentu mayoritas ummat akan mengalami kesulitan saat melakukannya. Oleh karena itu Islam menawarkan solusi nyata yang bisa menyempurnakannya.

Dalam pengajian Ahad pagi Pusdamu edisi tanggal 6 Juli 2025 diulas bagaimana seorang hamba bisa menyempurnakan sholatnya. Perkara ini penting mengingat perintah sholat menggunakan kata اقيموا yang artinya menegakkaan secara sempurna. Misalkan dalam surat Albaqarah ayat 43 ditegaskan.

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ
“Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk”.

Bersama Ustaz Khairuman, SIP. dari Petambakan, PCM Madukara, beliau memaparkan mengenai shalat rawatib. Ada beberapa alasan pembahasan sholat rawatib tetap relevan meskipun sudah sangat banyak dijadikan bahan materi ceramah dan khutbah.

  • Pertama, bahwa ilmu dalam majelis ilmu merupakan sarana pengingat. Sehingga majelis ilmu tersebut berfungsi sebagai murajaah.
  • Kedua, Amal pertama yang akan dihisab dari seorang hamba adalah perkara sholatnya. Jika sholatnya bisa sempurna syarat, rukun, akhlak, serta khusyuknya maka sudah cukup. Jika masih belum bisa maka shalat rawatib yang akan menyempurnakan.

Dalil kegunaan shalat rawatib sebagai penyempurna shalat fardhu dalam pengajian tersebut didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ

Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Apabila bagus maka ia telah beruntung dan sukses, dan bila rusak maka ia telah rugi dan menyesal. Apabila kurang sedikit dari shalat wajibnya maka Rabb berfirman: “Lihatlah, apakah hamba-Ku itu memiliki shalat tathawwu’ (shalat sunnah)?” Lalu shalat wajibnya yang kurang tersebut disempurnakan dengannya, kemudian seluruh amalannya diberlakukan demikian. [HR at-Tirmidzi]

Adapun penekanan shalat rawatib yang beliau terangkan didasarkan pada dua versi. Pertama berdasarkan hadis dari Ibn Umar yang menjelaskan bahwa rawatib yang digekankan rasulullah itu berjumlah 10 rakaat. Kedua berasal dari riwayat Aisyah yang berjumlah 12 rakaat. Perbedaan dua rakaat terletak pada jumlah rawatib sebelum shalat Dhuhur.

Selanjutnya Ustaz Khairuman juga menyebutkan beberapa fadhilah atau keutamaan bagi mereka yang bisa konsisten menjalankan shalat rawatib.

  • Pertama, akan dibangunkan rumah di surga.
  • Kedua, dijauhkan dari api neraka bagi yang melaksanakan 4 rakaat rawatib sebelum dan sesudah shalat dhuhur.
  • Ketiga, derajat seseorang akan diangkat oleh Allah SWT ( termaktub dalam kisah mantan budak Tsauban yang diperintahkan supaya banyak sujud )
  • Keempat, dua rakaat sebelum subuh lebih baik dari dunia dan seisinya. Artinya, dua rakaat ini lebih dicintai seseorang ketika meninggal dunia dibandingkan dunia dan seisinya. Apalagi bonus bagi yang mau jamaah shubuh dimasjid akan berada dalam jaminan Allah SWT. Lagipula amalan sunnah yang tidak pernah ditinggal oleh rosulullah SAW adalah 4 rakaat sebelum dhuhur dan dua rakaat sebelum subuh.
  • Kelima, Didekatkan dengan Allah karena senantiasa melakukan amal sunnah sehingga pendengaran, pengelihatan, hati, tangan, dan kaki akan difungsikan sesuai kehendak Allah SWT serta doanya dikabulkan termasuk mohon perlindungan kepadaNya.

Sebagai penutup Ustaz Khairaman memberi catatan yang perlu diperhatikan dalam sholat rawatib:

  • Pertama, utamakan melakukan rawatib sebelum shubuh.
  • Kedua, dilaksanakan secara singkat.
  • Ketiga,shalat witir dan rawatib sebelum subuh di rumah dan perjalanan bisa diqadha bila sudah biasa.
  • Keempat, memisahkan antara sunnah dan wajib dengan pindah tempat atau berdzikir.
  • Kelima, tahyatal masjid dan syukrul wudhu sebaiknya dilakukan sebelum adzan.
  • Keenam, rawatib paling utama dilakukan di rumah.
  • Ketujuh, boleh dilakukan dengan cara duduk tapi afdhalnya berdiri. Kalau dilakukan berbaring tapi pahalanya hanya seperempat daripada dengan berdiri.

Wallahu a’lam bishowab

 

Kontributor: MT PDM Banjarnegara

Editor: Dhimas

Share the Post:
Related Posts