Yogyakarta – Melalui kanal resmi YouTube Muhammadiyah, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., menyampaikan pidato kebangsaan yang penuh makna dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-117, Selasa (20/5).

Dalam pernyataannya, Haedar mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan momen ini sebagai titik balik dalam membangun kesadaran kolektif guna menjaga persatuan dan memajukan Indonesia.

Menurut Haedar, semangat kebangkitan nasional sejatinya lahir dari semangat gotong royong seluruh anak bangsa, bukan dari satu kelompok atau golongan semata.

Ia menegaskan, tokoh-tokoh bangsa kala itu datang dari latar belakang ideologi dan organisasi yang berbeda, namun mampu bersatu demi tujuan bersama: Indonesia merdeka.

“Mereka menanggalkan kepentingan pribadi demi masa depan bangsa. Mereka berbeda jalan, tapi sepakat untuk Indonesia. Itulah sikap kenegarawanan,” ujar Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.

Haedar menyayangkan bila semangat mulia itu kini mulai luntur di kalangan elit bangsa. Ia menyoroti munculnya berbagai persoalan seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, hingga menguatnya dominasi oligarki, sebagai tanda bahwa nilai-nilai kebangsaan mulai tergeser oleh kepentingan kelompok dan individu.

“Indonesia harus menjadi milik bersama, bukan hanya milik golongan kaya atau elite tertentu. Jangan sampai republik ini dikerdilkan oleh ambisi segelintir orang,” tegasnya.

Dalam pidato berdurasi sekitar 20 menit tersebut, Haedar juga mengajak para pemimpin bangsa untuk meneladani karakter pejuang. Yakni rela berkorban, berjiwa besar, dan menomorsatukan kepentingan bangsa.

Ia mengutip semangat Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945 sebagai pengingat bahwa Indonesia berdiri bukan hanya karena kekuatan senjata, tetapi juga karena kekuatan nilai dan tekad untuk bersatu dalam memperjuangkan kemerdekaan NKRI.

“Bangkit itu berarti sadar sebagai satu bangsa. Dan untuk itu, para elit harus selesai dengan egonya sendiri,” kata Haedar.