Wanayasa, 3 Oktober 2024. “Bidikan penilaian ada pada proses bukan pada hasil,” begitu kira-kira kalimat yang terus diulang-ulang oleh Dra. Hj. Laela Isnaeni, M.Pd selaku Pengawas MI-MTs yang menjadi narasumber dalam kegiatan In House Training Implementasi Kurikulum Merdeka (IHT IKM) di MTs MBS Wanayasa.
3 lagu menjadi pembuka sekaligus penyemangat pada kegiatan ini, yaitu Indonesia Raya, Mars Sang Surya dan Mars Madrasah, ketiga lagu tersebut menggema di Aula MTS MBS Wanayasa. Lantunan surat Al-Anfal menambah khidmat suasana sebelum sambutan dari Kepala Madrasah Bapak Hasan Udin yang disambung Tausiyah oleh Mudir MBS Wanayasa Ustaz Wahyudin.
Dalam sambutannya, Kepala Madrasah menyampaikan latar belakang dan tujuan diselenggarakannya kegiatan IHT IKM, yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta keterampilan para pendidik dan tenaga kependidikan di MTs MBS Wanayasa terutama tentang Kurikulum Merdeka. Ustaz wahyudin menguatkan dalam tausiyahnya bahwa kita sebagai manusia berawal dari tidak membawa dan tidak bisa apa-apa, kemudian menjadi bisa segalanya dan akan kembali tidak Bisa apa-apa, maka ilmu yang bermanfaat akan menjadi bekal yang harus dimiliki oleh setiap manusia.
Bu Lela, sapaan akrab anggota Dikdasmen PDM Banjarnegara ini, menjelaskan dalam materinya bagaimana penerapan Kurikulum Merdeka di madrasah. Pemaparan yang mendalam mendapat respon antusias dari para peserta. Diskusi dan saling lempar pertanyaan serta sanggahan menambah hangat jalannya acara.
Titik berat materi yang didiskusikan adalah tentang Projek Penguat Profil Pelajar Pancasila & Profil Pelajar Rahmatan Lil ‘Alamin atau yang sering disingkat P5P2RA. Hal yang menarik adalah di MTs MBS Wanayasa baru saja selesai melaksanakan kegiatan P5 beberapa hari yang lalu, namun dalam diskusi ditemukan bahwa apa yang sudah dilakukan ternyata belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan P5 dalam kurikulum merdeka.
Yang dipahami para guru selama ini adalah kegiatan P5 menjadi semacam ajang gelar karya para siswa, di mana siswa membuat suatu produk sesuai tema kemudian ditampilkan di depan umum untuk kemudian dinilai hasilnya, yang mana acara ini membutuhkan waktu kurang lebih 1 pekan dari persiapan hingga pementasan.
Namun ternyata visi P5 arahnya bukan ke sana, namun bagaimana dalam pembelajaran sehari-hari ada satu JP (Jam Pelajaran) yang biasanya diisi materi mata pelajaran, diubah menjadi P5, yaitu berkreasi sesuai dengan tema yang sudah disepakati.
Adapun langkahnya, Madrasah melalui kurikulum menunjuk Koordinator yang maksimal membawahi 3 rombel (rombongan belajar) atau mudahnya disebut kelas. Kordinator-kordinator ini kemudian membawahi guru-guru yang ditunjuk menjadi fasilitator yang bertugas memasukan kegiatan P5 ke dalam pembelajaran sehari-hari.
Koordinator beserta fasilitator dibawah tanggung jawab madrasah merumuskan dan menyepakati di awal Tahun Pembelajaran tentang tema P5 yang akan digunakan, kemudian membuat modul ajar atau dalam kurikulum sebelumnya disebut RPP yang memuat langkah-langkah pelaksanaan P5 dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada hasilnya.
Jadi P5 tidak seperti hajatan yang selesai dalam 1 pekan, bukan pula seperti lomba yang menilai hasil pertandingan, namun menilai proses sepanjang tahun tentang proyek yang dikerjakan sesuai tema. Sehingga akan didapatkan hasil pencapaian karakter anak berupa Kerjasama, Kedisiplinan, Ketelitian serta kebiasaan-kebiasaan lain yang menjadi aspek penilaian.
Selesai makan siang dan solat Dzuhur berjamaah, acara dilanjut dengan ngobrol santai seputar kurikulum merdeka, dan ditutup dengan closing statement dari Bu Lela dan Pak Hasan, mereka menjelaskan bahwa apa yang sudah dipelajari bersama agar berubah menjadi tindakan nyata yang tidak berhenti pada sebatas teori.
Kontributor: Nyana Ruasno
Editor: Dhimas