“Terkait Amal Usaha, Muhammadiyah justru memiliki kesamaan dengan Katolik,” Ucap Dr. Tafsir yang hadir secara langsung dalam acara Bedah Buku Jalan Baru Moderasi beragama yang dilaksanakan di Gedung Siti Walidah lt 7 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) 22 Maret 2024.
Dalam sambutannya, Kiai Tafsir menyebutkan bahwa sejak awal, semangat yang digelorakan oleh Muhammadiyah adalah semangat kemajuan, bukan semangat purifikasi. Hal inilah yang melandasi Muhammadiyah, bahwa untuk maju maka ada 2 hal yang perlu dibangun, yakni Pendidikan dan Kesehatan. Dan terkait dua hal tersebut, Muhammadiyah belajar dari Katolik yang memilliki sekolah dengan kurikulum yang berkesinambungan antara ilmu sains dan agama.
Dalam kesempatan tersebut, Tafsir juga mengajak kepada ratusan audiens yang hadir dari seluruh penjuru Jawa Tengah, agar menggelorakan Moderasi dalam berkehidupan.
“Pak Haedar tidak mengkritik pemerintah bukan karena beliau tidak nahi munkar, tapi karena beliau telah memahami apa itu nahi munkar,” Tutur Tafsir.
Sementara itu, Romo Didik Cahyono selaku pemateri dari tokoh Katolik menyampaian bahwa prinsip moderasi tidak hanya sekadar konsep teoritis, melainkan harus diwujudkan dalam praktek keseharian dalam kehidupan.
Romo Didik juga menilai bahwa Buya Haedar adalah sosok yang nyaman dan damai bagi pemeluk agama yang lain. Sehingga buku Jalan Baru Moderasi Beragama adalah bentuk inspirasi bagi kita betapa beragamnya agama yang ada di Indonesia.
Ia juga mengungkapkan bahwa kata kunci dari moderasi adalah dialog yang berkesinambungan sehingga memunculkan jalan baru, oleh karena itu dalam hal moderasi beragama, kita tidak boleh alergi terhadap dialog.
Kontributor : Dhimas Raditya Lustiono
Editor : Dhimas