Pernahkah kita mendengar kalimat “warisan budaya tak benda?”, pastinya saya tidak akan membahas tentang kebudayaan dalam tulisan ini, tapi jika meminjam sedikit template dari petikan kalimat tersebut, boleh jadi ada rezeki tak benda yang belum kita sadari, seperti kesehatan misalnya.
Perkara rezeki memang sudah digariskan oleh Allah SWT. Jangankan manusia, cicak yang tidak bisa terbang saja bisa menangkap nyamuk, apalagi manusia yang telah Allah install di dalamnya terdapat akal yang bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan kehidupan.
Saya pribadi meyakini bahwa rezeki tidak hanya soal gaji, besaran pendapatan ataupun royalty, boleh jadi gaji anda kecil tapi kebutuhan pangan telah tercukupi karena adanya lahan yang bisa menghasilkan beragam sayuran. Boleh jadi gaji anda besar, tapi untuk makan di akhir bulan saja harus mengubah setting dompet menjadi mode hemat karena harga sembako merangkak naik, tagihan paylater mulai menyapa dan tanggal gajian ternyata masih lama.
Jika berpedoman pada paragraf sebelumnya, tentu kita harus bersepakat bahwa rezeki tidak hanya berupa materi, karena sejatinya rezeki adalah pemberian dari Allah SWT yang bisa dimanfaatkan oleh manusia dalam kehidupannya. Artinya rezeki tidak hanya berakhir pada kenikmatan tetapi juga keberkahan.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengajak kepada sobat LayarMu untuk mengenal berbagai rezeki tak benda yang ada di sekitar kita. Boleh jadi anda pernah mengalaminya, atau justru anda mengalaminya saat ini.
- Nikmat Sempat
Di sekolah ada yang namanya kegiatan ekstrakurikuler, biasanya kegiatan tersebut bersifat non-akademik seperti olahraga, kesenian, kepemudaan, dll. Namun ternyata tidak semua siswa memiliki kesempatan untuk bisa melakukan kegiatan tersebut. Mungkin karena malas mengikuti kegiatan ekstra atau karena di sekolahnya justru tidak memiliki kegiatan ekstrakurikuler.
Kesempatan untuk melakukan hal yang kita sukai merupakan anugerah yang patut disyukuri. Karena dari sempat itulah pengalaman seseorang akan bertambah. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik.
Mungkin Allah SWT telah mengizinkan hambaNya untuk sempat berkunjung ke suatu tempat, di mana tempat tersebut telah berhasil memberikan pembelajaran yang bermakna dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, nikmat sempat haruslah kita syukuri, karena sempat (baca:waktu) tak pernah kembali walau hanya sedetik.
- Nikmat Sehat
Di tubuh yang masih sehat ini, saya masih bisa melakukan olahraga seperti badminton, bahkan saya masih bisa melakukan jump smash meski tidak sesempurna Antoni Ginting Sinisuka. Tapi ternyata tidak semua gerakan badminton akan bisa dilakukan oleh semua orang, apalagi orang yang sedang sakit. Jangankan Badminton, bahkan hanya sekadar berpindah tempat saja hal tersebut menjadi sesuatu sulit ketika seseorang sedang dilanda kesakitan.
Ketika sakit, dokter akan menyarankan pasien untuk lebih banyak beristirahat agar pengobatan menjadi optimal. Sehingga saat kita sedang sehat, tentu kita harus bersyukur karena tubuh kita masih diberikan kemampuan untuk melakukan beragam aktivitas.
- Nikmat Capek atau Lelah
Setelah lebih dari 8 jam bekerja, tubuh pasti akan lelah. Bahkan terkadang selesainya suatu pekerjaan justru menjadi penanda akan adanya pekerjaan baru yang harus dikerjakan, setelah semua pekerjaan dituntaskan pasti akan ada rasa capek atau lelah yang membuat tubuh kita merindukan tempat duduk untuk merebahkan raga yang telah bekerja.
Namun jika dipikir-pikir lagi, justru rasa capek atau lelah merupakan sebuah rezeki tak benda yang harus disyukuri, di luar sana masih ada orang yang terpaksa memakai dopping agar tetap fit dalam bekerja, di mana hal tersebut justru memanipulasi jam biologis tubuh.
Rasa lelah laksana alarm yang memberikan informasi kepada tubuh untuk beristirahat, rasa lelah menjadi bukti bahwa tubuh ini telah mampu bekerja dan beraktivitas sesuai dengan kapasitas.
Jika anda merasa capek, sadarilah bahwa di dunia ini memang tempat untuk capek, sehingga kita akan mengambil jeda dalam rangkaian aktivitas yang kita lakukan dalam keseharian.
- Nikmat Tidur
Allah SWT telah menjadikan siang malam sebagai petunjuk, siang untuk bekerja dan malam untuk beristirahat, meskipun hal ini tidak berlaku bagi mereka yang bekerja dalam 3 shift.
Tidur adalah aktivitas yang tak bisa ditawar, tidur adalah masa di mana manusia tidak melakukan aktivitas apapun selain memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuh secara total.
Tidur yang sesuai dengan waktunya adalah nikmat yang patut untuk disyukuri, ada orang yang bisa tidur di jam 10 malam, tapi ada pula yang belum bisa tidur di jam 1 pagi dan baru bisa terlelap setelah shubuh. Bahkan ada pula orang yang membutuhkan “obat tidur” agar matanya bisa terlelap.
Di sisi lain kita memiliki banyak cara untuk bisa tidur, tapi atas izin Allah SWT kita bisa bangun dan memulai aktivitas.
- Nikmat Ilmu
Suatu ketika saya pernah bertemu dengan orang yang mengantar pasien kecelakaan, saya bertemu dengannya 2 hari berturut-turut dengan dua pasien yang berbeda, lalu terjadilah dialog antara saya dengan pengantar pasien tersebut
Saya : Wah mas ini cocok jadi sopir ambulans.
Pengantar pasien : sebenernya pengen, Mas. Tapi saya tidak punya ijazah.
Mendengar pernyataan sang pengantar pasien tersebut, tentu saja membuat saya berpikir, bahwa ternyata ilmu adalah hal yang penting untuk dikuasai.
Aktivitas menuntut ilmu yang penuh dengan nuansa akademis memang melelahkan baik secara pikiran maupun materi, namun ternyata, lelahnya menuntut ilmu masih lebih baik daripada lelahnya mencari kerja karena tidak memiliki ilmu.
Sehingga apapun ilmu yang kita miliki, entah dari jalur akademik ataupun non-akademik tentu harus kita syukuri. Para montir yang menguasai ilmu mesin kendaraan ringan tentu harus bersyukur atas ilmu yang dimilikinya, karena dengan ilmu tersebut dia bisa bekerja di bengkel atau bahkan bisa membuka bengkel secara mandiri.
Itulah rezeki tak benda yang patut kita syukuri, di mana hal tersebut ada di sekitar kita dan mungkin hal itulah yang melekat dalam diri kita. Rupanya tulisan yang ada pada stiker angkot yang bertuliskan “sudahkah bersyukur hari ini?” ternyata memiliki makna di mana manusia terkadang lupa bersyukur atas apa yang ada di dalam dirinya.
Mungkin kita lupa bersyukur bahwa ternyata kita masih diizinkan untuk memiliki penglihatan yang normal, kedua tangan kita masih bisa mengoperasikan gawai, kedua kaki kita masih bisa menopang tubuh yang beratnya melebihi 2 galon berisi air. Tentunya saya juga harus bersyukur karena masih diberi kesempatan berpikir dan berkontemplasi hingga tulisan ini tersaji menyapa sobat Layarmu.
Kontributor : Dhimas Raditya Lustiono, S.Kep
Editor : Dhimas