Banjarnegara-Sabtu 18 November 2023 menjadi titik sejarah bagi Hizbul Wathan (HW) Banjarnegara yang menggelar Musyawarah Daerah (Musyda) ke-4 di SMA Muhammadiyah 1 Banjarnegara. Acara ini diikuti oleh peserta 163 yang merupakan ramanda dan bunda perwakilan dari 84 qobilah yang ada di 26 Cabang.
Membawa tema “Mencerahkan Banjarnegara, Memajukan Hizbul Wathan”, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi ramanda dan bunda HW yang tersebar di berbagai AUM Pendidikan yang ada di Banjarnegara.
Acara Musyda ini dibuka dengan pertunjukkan parade semaphore yang dibawakan oleh 15 siswa SD Muhammadiyah 1 dan 4 Banjarnegara. Penampilan semaphore ini menambah suasana semarak dengan gerakan yang kompak dan langkah yang rancak.
Sugeng Riyanto selaku Ketua Kwartir Ranting Daerah (KWARDA) HW dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kehadiran ramanda dan bunda pada Musyda kali ini. Harapannya musyda kali ini akan menjadikan HW lebih menarik bagi anak muda khususnya anak didik yang bersekolah di AUM.
“Semoga HW akan menjadi pergerakan yang lebih menarik bagi anak muda,” ucap Sugeng.
Pada kesempatan yang sama, Taufik selaku Pimpinan Kwartir Wilayah HW Jateng, turut hadir pada Musyda kali ini. Dirinya mengaku tidak sia-sia datang jauh-jauh dari Pati ke Banjarnegara. Kedatangannya di Banjarnegara ini merupakan kunjungan Musyda ke-4 setelah sebelumya Ia mengunjungi Rembang dan Wonosobo.
Dalam sambutannya, Taufik menuturkan bahwa kepanduan HW merupakan Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah yang bergerak di sistem kepanduan yang merupakan sistem pendidikan luar keluarga dan sekolah yang membentuk dan membina watak anak, remaja dan pemuda dengan metode yang menarik, menyenangkan sekaligus menantang.
KH Ahmad Dahlan kala itu memiliki ketertarikan dengan gerakan kedisiplinan saat melihat anak Javaansche Padvinders Organisatie (JPO) yang tengah berseragam dan berlatih di Pura Mangkunegara, JPO sendiri merupakan organisasi kepanduan masa Hindia Belanda.
Atas apa yang dilihatnya, KH Ahmad Dahlan merasa tertarik untuk membentuk gerakan kepanduann di Muhammadiyah hingga tercetuslah gerakan kepanduan HW.
Dalam sambutannya, Taufik menuturkan bahwa HW di daerah mempunyai PR untuk kembali menghidupkan HW yang ada di ranting-ranting Muhammadiyah. Hal ini dirasa penting karena dalam HW ada sistem kepanduan di sekolah dan di keluarga untuk mendidik generasi muda dengan metode yang menarik, menyenangkan dan menantang.
Sebelum membuka acara, dirinya menegaskan bahwa HW memiliki ketakutan untuk meninggalkan generasi yang lemah, sehingga pengkaderan HW merupakan upaya agar ortom HW mampu melahirkan kader persyarikatan yang tangguh dan mampu mengambil peran untuk kemajuan Muhammadiyah.
“Ajak anak untuk bekerja sama dengan dewan sugli, sehingga kaderisasi akan berjalan,” tutur Taufik.
Setelah Musyda resmi dibuka, Teguh Handoko, S.Sos yang mewakili Pj Bupati Banjarnegara menuturkan bahwa tantangan terberat bagi pendidik saat ini bukanlah mengajari anak didik untuk berhitung atau membaca, tetapi tantangan kali ini adalah bagaimana cara membentuk karakter.
“Membentuk karakter siswa saat ini menjadi tantangan yang tidak mudah, bahkan ada siswa yang berani melawan gurunya saat diperintah untuk menunaikan shalat,” Ujar Teguh.
Pria yang bekerja di kantor Dinas Pendidikan tersebut juga meyakini, bahwa keberadaan kader yang unggul, tentu hal ini akan menguntungkan Banjarnegara. Sehingga kader Muhammadiyah wajib “tampil” untuk menegakkan panji-panji kejayaan Indonesia.
Hadir pula Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banjarnegara Drs. H. Sobri, yang dalam sambutannya mengatakan bahwa acara Musyda kali ini merupakan arena untuk evaluasi diri dan kaderisasi.
Sobri juga sempat menyinggung perihal Persatuan Sepak bola Hizbul Wathan (PSHW) agar dihidupkan kembali, kalau perlu HW juga memebentuk organisasi olahraga yang lain, hal ini diharapkan mampu menarik minat anak muda yang ingin bergabung dengan HW namun tetap dapat menyalurkan minat dan bakatnya.
Selain itu dirinya juga berharap agar Musyda HW kali ini dapat menghasilkan keputusan terbaik dan bisa menghasilkan gerakan persyarikatan yang enerjik. Selain itu Sobri juga berpesan kepada ramanda dan bunda untuk tetap memelihara karaker Muhammadiyah, di mana tidak ada yang ambisius untuk menjadi ketua, tetapi harus mampu mengemban amanah jika nantinya terpilih sebagai Ketua HW Kwarda Banjarnegara.
“Kader Muhammadiyah memiliki karakter tidak ambisius menjadi pemimpin, tetapi harus siap ketika diberi amanah,” tutur Sobri.
Rangkaian Musyda ini menjadi semakin semarak karena dihadiri oleh Ketua Kwartir pusat (Kwarpus) Aman Suryadi yang memberikan pengarahan kepada para ramanda dan bunda yang hadir. Dalam pengarahannya, Ia menuturkan bahwa KWARPUS HW tengah akan menerbitkan buku pedoman tentang tata seragam sesuai dengan acara dan situasi, sehingga seragam HW untuk acara di dalam ruangan dan di luar ruangan tidak akan sama.
Dalam pengarahannya, ia menjelaskan bahwa saat ini banyak kerusakan alam akibat ulah manusia, di sinilah kader HW perlu menunjukkan kepeduliannya kepada lingkungan, seperti menggelar bersih sungai atau bersih danau. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai bukti bahwa HW merupakan gerakan kepanduan yang peduli terhadap upaya penanggulangan pencemaran lingkungan.
“Kader HW perlu menunjukkan kepeduliannya kepada lingkungan, agar pencemaran lingkungan dapat ditanggulangi,” ujar Aman.
“Selamat ber-Musyda, berlapang-lapanglah dalam majelis, setelah ditunjuk sebagai pengurus HW, harus aktif berperan dalam pergerakan di HW,” pungkas Aman.